Aku bertemu saat mata kami saling beradu
Dulu sekali, sebelum semua tahu
Mendiagnosa getaran hati yang bertalu
Memicu resonansi yang merangkai rindu
Sampai akhirnya terjerat dan terpisahkan waktu
Tapi tak apa, masih kubiarkan ruang di hatiku kosong tak terisi
Masih kusisakan jejak senyumnya yang berpendar
Bergeming dalam bingkai terindah yang pernah kumiliki
Sampai akhirnya ia datang di saat yang tak terduga
Menagih ruang di hati yang masih terbuka, katanya
Lalu ia memandangi jejak senyumnya yang masih tersisa
Tersenyum, kemudian memuji bingkai terindah yang kujaga
Lalu aku memanggilnya bunda…
Sejenak ia terdiam, kemudian tersenyum dalam suara
Sungguh, ku ingin membuatnya bangga
Kulafadzkan lagi dengan berbisik, nyaris tanpa suara
Aku memanggilnya bunda…
Kemudian kubacakan prosa usang yang ada
Kurangkaikan syair puisi terburuk yang pernah tercipta
Ia tetap tersenyum, tanpa tertawa
Ia tetap tak lupa apa arti kata sederhana
Kusampaikan, aku jemu bermonolog soal cinta
Ber-orasi kata tanpa makna
Ia malah tertawa
Katanya, tak perlu lagi aku bermonolog soal cinta
Tak perlu juga ber-orasi kata tanpa makna
Ia akan setia menjadi lawan bicara
Atau menjadi makna dalam setiap kata
Kubisikkan kembali kata itu
Kulafadzkan, kali ini tidak berbisik tapi perlahan
Aku memanggilnya bunda…
Mendiagnosa getaran hati yang bertalu
Memicu resonansi yang merangkai rindu
Sampai akhirnya terjerat dan terpisahkan waktu
Tapi tak apa, masih kubiarkan ruang di hatiku kosong tak terisi
Masih kusisakan jejak senyumnya yang berpendar
Bergeming dalam bingkai terindah yang pernah kumiliki
Sampai akhirnya ia datang di saat yang tak terduga
Menagih ruang di hati yang masih terbuka, katanya
Lalu ia memandangi jejak senyumnya yang masih tersisa
Tersenyum, kemudian memuji bingkai terindah yang kujaga
Lalu aku memanggilnya bunda…
Sejenak ia terdiam, kemudian tersenyum dalam suara
Sungguh, ku ingin membuatnya bangga
Kulafadzkan lagi dengan berbisik, nyaris tanpa suara
Aku memanggilnya bunda…
Kemudian kubacakan prosa usang yang ada
Kurangkaikan syair puisi terburuk yang pernah tercipta
Ia tetap tersenyum, tanpa tertawa
Ia tetap tak lupa apa arti kata sederhana
Kusampaikan, aku jemu bermonolog soal cinta
Ber-orasi kata tanpa makna
Ia malah tertawa
Katanya, tak perlu lagi aku bermonolog soal cinta
Tak perlu juga ber-orasi kata tanpa makna
Ia akan setia menjadi lawan bicara
Atau menjadi makna dalam setiap kata
Kubisikkan kembali kata itu
Kulafadzkan, kali ini tidak berbisik tapi perlahan
Aku memanggilnya bunda…
Rangkaian kata ini di posting dalam rangka ikut meramaikan acara unggulan parade pusisi cinta pada BlogCamp (abdulcholik[dot]com)
Gambar dipinjam dari sini
22 Response to "Aku memanggilnya Bunda..."
bunda itu nama panggilanku loh...:D
membalas kunjungan anda
oh..maaf ya menggunakan nama panggilannya tanpa meminta izin terlebih dahulu...
salam kenal..
;P
ah... very touchy... sangat menyentuh... kata-katanya itu lho,,, bikin merinding.. ayo bang! kita saling mendukung!!!
aih sayang sekali, muam tak memanggilnya Bundo :)
(maaf) izin mengamankan KELIMAAAAXXXZ dulu. Boleh kan?!
Bunda, manita terhebat
>aurora: terima kasih ^_^...
hayu mari sama2 saling mendukung..
>bundo: inginnya sih begitu bundo....
:)
Wow...mantap bro...
:)
Pengen bisa bikin puisi sebagus ini.
Salam Kenal ya bro...
Jadi terharu T_T
Puisi yg sangat indah penuh dengan cinta.
semoga sukses di acara PPC nya PakDhe Cholik ya Mas Muam.
Puisinya utk bunda ya............*ge-erdotinfo* he...he.....
salam.
semoga sukses di PPC nya ya mas...
*dan saya pun semakin ga pedeeeee... heheh..
Wa... puisina so...nice :)
Tak perlu lagi bermonolog tentang cinta
karena akan ada dialog tentang cinta
Antara kau dan orang yang kau panggil "bunda" :)
selalu ada cinta untuk bunda kita, i love mom...
ehmmm... bagus nian puisinya bang. nge-copy dimana? hahaha pisss.. ^_^V
jadi siapa itu bundanya? neng g ngerti maksudnya. heuheuheu
horeee... mas muam ikutan yah .... aku juga.. mau promosi puisi aku disini ah, ada di http://dhila13.wordpress.com/2009/12/13/bukan-cinta-sebelah/ hehehe. dan ada postingan terbaru juga lho... :P
pengen dikenalin sama si bunda, bro. hehehe.bagaimanakah dia, yang bisa merebut hati bro muam.
>alamendah: bunda memang wanita terhebat..
>humorbendol: terima kasih kawan...
>toelisan: melihatmu terharu, aku malah ikut terharu (T_T)
>bunda: untuk bunda akan selalu ada cinta...
terima kasih bunda..
>kidungjingga: jangan begitu dong, saya jadi merasa berdosa...ayo semangat teh...
ini kan bukan persaingan, tapi meramaikan..
>kakaakin: ehemm..:)
>mamah aline: iya mba...bunda akan selalu dihati...:)
>neng nong: copy dari hati yang terdalam nih...yang bersedia menjadi bundanya?...
>mba dhila: duh maaf mba...baru sempat online lagi....jadi baru berkunjung deh..
>shavaat: hehehehe..doakan saja at...
Selamat tahun baru 1431 H...
Sekalian mau bagi2 kado tahun baru, silakan diambil di tempatku ya.. :)
terima kasih kakaakin...
membuat air mata ku tak bertahan pada tempatnya ..
romantis bangggetz! (lho?)
Posting Komentar
mohon komentar, kritik, dan sarannya...