Corat-coret lagi...


Setelah beberapa lama tidak bisa hadir di dunia maya, rasanya rindu juga...Sudah beberapa lama juga sepertinya tangan saya tidak mencorat-coret sesuatu. Akhirnya saya sediakan lagi ruang untuk membiarkan tangan-tangan saya menari sambil menggenggam sebuah spidol artline. Kali ini media yang saya gunakan beda lagi.


Media sasaran pertama saya, saya coba sneakers butut saya. Meski begitu, coba dibuat konsepnya dulu, yah jadinya begitu.

Kemudian, sewaktu saya pulang ke rumah di Bekasi, saya lihat helm di rumah masih bersih. Bisa jadi sasaran empuk untuk dijadikan sasaran lagi. Sebelumnya, saya sudah pernah mencorat-coret helm saya dan kawan di Samarinda. Ide usil itu pun muncul lagi.

Alhasil, setelah saya corat-corat lagi jadilah graffiti amburadul lagi. Kawan saya pun, malah ikut-ikutan minta dibuatkan.


corat-coret pada helm saya


corat-coret pada helm kawan

Yah, setidaknya sudah mencoba membiarkan tangan ini bergerak lagi sesuai dengan pikiran. Jadi sekadar membuktikan saya masih manusia, bukan robot yang bergerak hanya ketika diprogram. :)
Dan kolom desain pada blog ini pun bisa terisi lagi...
Selengkapnya...

Wanita...


Ku lahir dari wanita
Tak bisa hidup tanpanya
Jikalau tiada wanita

Cintaku untuk siapa?

(Naif, Lagu Wanita)

Sosok itu tak asing lagi bagiku. Telah ku tatap matanya semenjak kemunculanku di dunia. Sosok yang dengan setia membesarkan diriku hingga seperti sekarang ini. Guru pertama bagiku yang mengajarkanku segala hal. Pelajaran yang paling kuingat darinya adalah kesabaran dan ketegaran.

Kemarin, sosok lain hadir disampingku. Kali ini, menemaniku mengingat hari kelahiranku, entah yang keberapa. Mencoba mengisi waktu bersama dengan saling berbagi cerita. Darinya, aku juga belajar banyak hal. Belajar bagaimana berprinsip dan bermimpi.

Hmm, bagiku wanita adalah sosok yang spesial. Ia hadir di muka bumi sebagai penyeimbang ekosistem. Dari dirinya jugalah ditentukan generasi apa yang berikutnya akan mengisi bumi. Menjaga keberlangsungan hidup manusia.

Bagiku, wanita adalah subjek. Ia bukan selalu menjadi objek yang pasif dalam setiap rangkaian kata. Ia adalah subjek yang secara aktif menentukan mau dibawa kemana perkembangan suatu peradaban.


Oleh karena itu, kawan-kawan wanitaku. Jadilah wanita-wanita yang tangguh, yang mampu berperan aktif dalam pembangunan peradaban. Keberadaan kalian begitu berharga oleh karena itu jangan pernah mau hanya dijadikan objek dari peradaban. Jadilah subjek peradaban meski hanya sekadar memberikan pendidikan yang paling dasar untuk generasi mendatang. Pelajaran tentang moral dan etika…


Untuk Ibuku tersayang dan Bundaku tercinta, juga untuk kawan-kawan wanitaku, selamat hari ibu…

Gambar dipinjam dari sini

Selengkapnya...

Aku memanggilnya Bunda...


Aku bertemu saat mata kami saling beradu
Dulu sekali, sebelum semua tahu
Mendiagnosa getaran hati yang bertalu

Memicu resonansi yang merangkai rindu

Sampai akhirnya terjerat dan terpisahkan waktu


Tapi tak apa, masih kubiarkan ruang di hatiku kosong tak terisi

Masih kusisakan jejak senyumnya yang berpendar

Bergeming dalam bingkai terindah yang pernah kumiliki


Sampai akhirnya ia datang di saat yang tak terduga

Menagih ruang di hati yang masih terbuka, katanya
Lalu ia memandangi jejak senyumnya yang masih tersisa
Tersenyum, kemudian memuji bingkai terindah yang kujaga


Lalu aku memanggilnya bunda…


Sejenak ia terdiam, kemudian tersenyum dalam suara

Sungguh, ku ingin membuatnya bangga

Kulafadzkan lagi dengan berbisik, nyaris tanpa suara
Aku memanggilnya bunda…


Kemudian kubacakan prosa usang yang ada

Kurangkaikan syair puisi terburuk yang pernah tercipta

Ia tetap tersenyum, tanpa tertawa
Ia tetap tak lupa apa arti kata sederhana


Kusampaikan, aku jemu bermonolog soal cinta

Ber-orasi kata tanpa makna
Ia malah tertawa


Katanya, tak perlu lagi aku bermonolog soal cinta

Tak perlu juga ber-orasi kata tanpa makna
Ia akan setia menjadi lawan bicara

Atau menjadi makna dalam setiap kata


Kubisikkan kembali kata itu
Kulafadzkan, kali ini tidak berbisik tapi perlahan

Aku memanggilnya bunda…



Rangkaian kata ini di posting dalam rangka ikut meramaikan acara unggulan parade pusisi cinta pada BlogCamp (abdulcholik[dot]com)
Gambar dipinjam dari sini
Selengkapnya...

Bukit Bengkirai



“Alam tidak pernah menghianati bagi hati yang mencintainya”

Aroma daun kering yang jatuh ke tanah memenuhi rongga penciumanku. Menapaki langkah demi langkah menyusuri alam yang masih asri. Sejuk kurasakan semenjak awal memasuki salah satu kawasan di Kalimantan Timur yang masih memiliki rimbunan hutan tropisnya. Ya, saya dan kawan-kawan mengunjungi Taman Nasional Bukit Bengkirai.

Bukit Bengkirai merupakan kawasan wisata alam berupa hutan alami yang masih asli. Letaknya berada di Km 36 Jalan Raya Soekarno-Hatta Balikpapan Samarinda. Dari jalan itu masih harus masuk ke dalam lagi sampai akhirnya bertemu jalan yang belum diaspal. Lalu, kita menyusuri jalan tak beraspal sejauh 7 km.

Selama perjalanan itu, kita masih bisa menikmati p
emandangan hutan asli Kalimantan. Tetapi kadang-kadang miris juga, melihat beberapa bukit di kawasan itu sudah mulai gundul. Entah itu karena kebakaran hutan atau ulah tangan-tangan yang tak bertanggung jawab. Perjalanan kami pun sempat terhenti ketika di depan mobil kami tersaji pemandangan seekor ular melintas sambil membawa seekor tikus di mulutnya.



Ketika memasuki kawasan bukit Bengkirai, kita di sambut dengan kawasan peristirahatan yang tenang. Beberapa bangunan serupa cottage yang terbuat dari kayu
menghiasi padang rumput hijau yang cukup lapang. Sejauh mata memandang terbentang hijaunya pepohonan yang menjulang, seakan bersaing menyentuh langit. Saya semakin tak sabar untuk memasuki kawasan tersebut, apalagi di kawasan ini terkenal jembatan kanopinya yang merupakan satu-satunya di Asia…




Letak jembatan kanopi dari base camp sek
itar 500 m. Untuk mencapainya kita harus berjalan kaki melalui beberapa trek. Trek I berjarak sekitar 150 m dengan rute menanjak. Untuk menempuhnya tak begitu sulit karena jalan setapak di sini masih sangat jelas terlihat. Di beberapa tempat bahkan tersedia anak yang mempermudah kita mendaki.



Kemudian setelah trek I dilalui, kita harus menempuh Trek II sejauh kurang lebih 300 m. Trek ini memang tak semudah Trek I sebab jalan setapak di sini sudah mulai membaur dengan daun-daun yang berjatuhan. Sepanjang jalan kita disuguhkan pohon-pohon khas hutan tropis berukuran besar seperti pohon Bengkirai dan Meranti.



Setelah kita melalui trek itu, akhirnya masuklah kita ke Jembatan Kanopi. Jembatan tersebut menghubungkan pohon bengkirai satu dengan
pohon bengkirai lainnya yang berjumlah 5 setinggi 30 m dari permukaan tanah. Dari atas jembatan kita dapat melihat formasi Tajuk Tegakan Dipterocarpaceae sebagai ciri hutan hujan tropis yang cukup indah dan membentk stratum atas yang saling sambung menyambung (untuk urusan ini saya tak begitu mengerti, kita coba tanya kawan petualang kita saja mas alamendah…)



Menurut sejarahnya, jembatan kanopi ini dibuat pada tahun 1998. Tahap pertama dikerjakan pada bulan Januari 1998 dan tahap kedua selesai pada bulan Februari 1998. Jembatan ini dikerjakan oleh para kontraktor dari Amerika yang tergabung dalam Canopy Contraction Asociated sebanyak 6 orang. Bahan-bahannya selain kayu, jembatan ini juga menggunakan material baja anti karat (Galvanized) hingga diperkirakan konstruksi dan umur jembatan mampu bertahan hingga 15-20 tahun sejalan dengan umur pohon penyangga itu sendiri.



Puas menikmati indahnya hutan tropis yang masih tersisa, saya pun beranjak menuruni jembatan kanopi. Untuk kembali ke base camp, saya dan kawan-kawan memilih untuk tidak menggunakan Trek yang sama dengan yang telah kami lal
ui sebelumnya.

Kami pun mencoba jalur Trek IV yang berjar
ak sekitar 1 km menuju base camp melalui komplek Flying Fox dan Kebun Anggrek Hitam, flora khas Kalimantan Timur. Namun sepertinya trek yang kami tempuh jarang terjamah oleh pengunjung. Alhasil selama perjalanan kami tak menemukan “manusia” lain. Flying fox dan Kebun Anggrek hitam yang rencananya kami singgahi juga ternyata terlihat terbengkalai begitu saja. Hanya plang yang terbuat dari kayu terhalang semak belukar berisi tulisan quote untuk menjaga alam dan jajaran pohon-pohon besar.


Yah, tak apalah. Setidaknya kami sudah merasakan bagaimana aroma hutan tropis sebelum semuanya punah. Jadi prihatin, ketika rencana pembangunan yang digulirkan pemerintah harus mengorbankan kelestarian alam ini. Semoga anak cucu kita nanti masih bisa mera

Semoga…
Selengkapnya...

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme