Sudah 2 bulan




Sudah genap 2 bulan aku berada di Pusdiklat, tempat dimana aku ditempa dengan kemampuan dan ilmu-ilmu yang katanya dibutuhkan di dunia kerja nanti katanya. Berarti sudah 2 bulan pula aku hidup dengan keadaan yang serba berbeda, semua serba teratur. Mungkin itu semua adalah sebuah prasyarat bagi semua calon pegawai, ya, hidup teratur.

Dari beberapa kebiasaan itu mungkin banyak hal-hal yang sudah mulai terlupakan. Benar apa yang dikatakan teman-teman disana. Kasur yang empuk membuat ku melupakan apa arti insomnia. Jadwal makan yang tetap di tambah menu yang hampir setiap hari disuguhi protein tingkat tinggi membuat ku melupakan apa arti lapar. Suhu ruangan- baik di kelas maupun di kamar- yang dingin
serasa membekukan hati dan otak.

Tinggal beberapa hari lagi aku berada disana. Semoga nanti setelah keluar aku tak lupa pada arti kehidupan yang sebenarnya. Semoga nanti aku kembali mengenal arti insomnia, arti lapar, dan arti kesulitan. Semoga hati dan pikiranku tak jadi beku. Semoga...

sumber foto terakhir:http://catatancekersambilboker.blogspot.com/

Selengkapnya...

Pada siapa kami harus percaya?

Kawan, sebentar lagi negeri kami akan mengadakan sebuah pesta besar, PEMILU katanya. Semarak warna-warni disana-sini. Kami diWAJIBkan untuk memilih siapa yang akan dijadikan sebagai pemimpin atau wakil kami kelak. Berbondong-bondonglah orang-orang berusaha untuk meyakinkan kami bahwa mereka yang pantas dijadikan sebagai pemimpin atau wakil kami.

Publikasi sudah dilakukan, wajah-wajah pun bertebaran. Dimanapun kau berada di negeri kami, dengan mudahnya kau akan mendapati wajah-wajah itu, mulai dari pinggiran jalan protokol, pasar-pasar, pohon, tembok, sampai tempat-tempat yang tak terjangkau seperti puncak menara, kolong jembatan atau tempat lainnya. Di antara wajah-wajah itu hampir semua tidak ku kenal, atau jika ada yang dikenal terasa asing bagiku. Dengan pose-pose yang mereka anggap paling wah dan umbaran kata-kata yang kadang terasa hampa makna.

Ah, lebih baik ku tak berpikiran buruk. Mungkin mereka benar-benar "mampu" memimpin atau mewakili kami entah dalam segi apa. Namun, siapa yang harus ku percaya?

Ketika guru mengaji kami ikut mendaftarkan diri, lalu siapa yang akan mengajari kami membaca alif, ba, ta? Ketika para pedangang mulai berbondong ikut mengajukan diri, apakah mereka bersedia kami hutangi lagi, atau lebih berpihak pada keuntungan toko mereka sendiri? Ketika para tokoh agama ikut juga mengajukan diri, lantas siapa yang akan mengingatkan kami jika kami salah?

Padahal mereka pernah mangakui, dunia yang akan mereka masuki mampu merubah teman jadi lawan, dan meubah lawan jadi setan. Lalu, pada siapa ku harus percaya?

Kawan, mata kami mungkin sudah hampir rabun karena mereka sesaki dengan wajahnya. Telinga kami mungkin sudah hampir tuli karena mendengar janjinya. Mulut kami mungkin sudah lelah membicarakannya. Tapi kami masih berharap adanya perubahan untuk negeri kami.

Kawan, pada siapa kami harus percaya? Selengkapnya...

kemana saja selama ini?




Sudah sekian lama sepertinya tidak berhubungan dengan dunia luar (bukan makna sebenarnya). Sudah lama juga blog ini tak terurus. Selama beberapa pekan kemarin dan beberapa pekan ke depan lagi, saya harus menjalani diklat. Ya, sebuah masa untuk berlatih menjadi pribadi-pribadi yang siap untuk meju ke medan tempur sebagai pengawal keuangan negara (tentunya...)

Secuil kisah yang sebenarnya ingin saya bagi. Mulai dari rambut harus diplontos 1 cm (penting gak sih), apel (baca: upacara.red) setiap pagi dan malam (menyenangkan juga...), baris-berbaris dari dan menuju tempat tujuan, sampai kelakuan-kelakuan gila saya dan teman-teman mulai dari asrama sampai di kelas. Hufh, sekelumit kisah yang mau tak mau memang harus dijalani untuk memulai masa pengabdian kepada negara. Mudah-mudahan kami semua mampu menjaga amanah sebagai pengawal harta negara(doakan saja...)

Dari sebuah tempat berupa kompleks bangunan di tepi Kali Ciliwung, pinggiran Jakarta, Kalibata tepatnya kami memulai apa yang kami sebut perjuangan. Pergolakan antara pemikiran, idealisme dan realitas dibenturkan disini. Menjadi nada-nada berirama yang dinyanyikan bersama. Di tempat ini pula kami dikenalkan segala kenyataan (walaupun masih sebatas di awang-awang: kata saudara shavaat) sebelum kami benar-benar terjun ke dunia nyata sebenarnya. Di sini pula kami disadarkan tentang keajiban kami ke depan. Semoga semuanya dapat terlewati.

Kawan, lubang kehidupan di depan masih menganga. Kita ada di tepinya. Entah kita akan masuk terperosok dan terjerembab di dalamnya, atau kita diam saja memperhatikan setiap orang terjatuh ke dalamnya?. Atau kita berusaha untuk menutupi lubang tersebut sedikit demi sedikit. Perjuangan baru akan dimulai kawan...

Selengkapnya...

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme