Corat-coret lagi...


Setelah beberapa lama tidak bisa hadir di dunia maya, rasanya rindu juga...Sudah beberapa lama juga sepertinya tangan saya tidak mencorat-coret sesuatu. Akhirnya saya sediakan lagi ruang untuk membiarkan tangan-tangan saya menari sambil menggenggam sebuah spidol artline. Kali ini media yang saya gunakan beda lagi.


Media sasaran pertama saya, saya coba sneakers butut saya. Meski begitu, coba dibuat konsepnya dulu, yah jadinya begitu.

Kemudian, sewaktu saya pulang ke rumah di Bekasi, saya lihat helm di rumah masih bersih. Bisa jadi sasaran empuk untuk dijadikan sasaran lagi. Sebelumnya, saya sudah pernah mencorat-coret helm saya dan kawan di Samarinda. Ide usil itu pun muncul lagi.

Alhasil, setelah saya corat-corat lagi jadilah graffiti amburadul lagi. Kawan saya pun, malah ikut-ikutan minta dibuatkan.


corat-coret pada helm saya


corat-coret pada helm kawan

Yah, setidaknya sudah mencoba membiarkan tangan ini bergerak lagi sesuai dengan pikiran. Jadi sekadar membuktikan saya masih manusia, bukan robot yang bergerak hanya ketika diprogram. :)
Dan kolom desain pada blog ini pun bisa terisi lagi...
Selengkapnya...

Wanita...


Ku lahir dari wanita
Tak bisa hidup tanpanya
Jikalau tiada wanita

Cintaku untuk siapa?

(Naif, Lagu Wanita)

Sosok itu tak asing lagi bagiku. Telah ku tatap matanya semenjak kemunculanku di dunia. Sosok yang dengan setia membesarkan diriku hingga seperti sekarang ini. Guru pertama bagiku yang mengajarkanku segala hal. Pelajaran yang paling kuingat darinya adalah kesabaran dan ketegaran.

Kemarin, sosok lain hadir disampingku. Kali ini, menemaniku mengingat hari kelahiranku, entah yang keberapa. Mencoba mengisi waktu bersama dengan saling berbagi cerita. Darinya, aku juga belajar banyak hal. Belajar bagaimana berprinsip dan bermimpi.

Hmm, bagiku wanita adalah sosok yang spesial. Ia hadir di muka bumi sebagai penyeimbang ekosistem. Dari dirinya jugalah ditentukan generasi apa yang berikutnya akan mengisi bumi. Menjaga keberlangsungan hidup manusia.

Bagiku, wanita adalah subjek. Ia bukan selalu menjadi objek yang pasif dalam setiap rangkaian kata. Ia adalah subjek yang secara aktif menentukan mau dibawa kemana perkembangan suatu peradaban.


Oleh karena itu, kawan-kawan wanitaku. Jadilah wanita-wanita yang tangguh, yang mampu berperan aktif dalam pembangunan peradaban. Keberadaan kalian begitu berharga oleh karena itu jangan pernah mau hanya dijadikan objek dari peradaban. Jadilah subjek peradaban meski hanya sekadar memberikan pendidikan yang paling dasar untuk generasi mendatang. Pelajaran tentang moral dan etika…


Untuk Ibuku tersayang dan Bundaku tercinta, juga untuk kawan-kawan wanitaku, selamat hari ibu…

Gambar dipinjam dari sini

Selengkapnya...

Aku memanggilnya Bunda...


Aku bertemu saat mata kami saling beradu
Dulu sekali, sebelum semua tahu
Mendiagnosa getaran hati yang bertalu

Memicu resonansi yang merangkai rindu

Sampai akhirnya terjerat dan terpisahkan waktu


Tapi tak apa, masih kubiarkan ruang di hatiku kosong tak terisi

Masih kusisakan jejak senyumnya yang berpendar

Bergeming dalam bingkai terindah yang pernah kumiliki


Sampai akhirnya ia datang di saat yang tak terduga

Menagih ruang di hati yang masih terbuka, katanya
Lalu ia memandangi jejak senyumnya yang masih tersisa
Tersenyum, kemudian memuji bingkai terindah yang kujaga


Lalu aku memanggilnya bunda…


Sejenak ia terdiam, kemudian tersenyum dalam suara

Sungguh, ku ingin membuatnya bangga

Kulafadzkan lagi dengan berbisik, nyaris tanpa suara
Aku memanggilnya bunda…


Kemudian kubacakan prosa usang yang ada

Kurangkaikan syair puisi terburuk yang pernah tercipta

Ia tetap tersenyum, tanpa tertawa
Ia tetap tak lupa apa arti kata sederhana


Kusampaikan, aku jemu bermonolog soal cinta

Ber-orasi kata tanpa makna
Ia malah tertawa


Katanya, tak perlu lagi aku bermonolog soal cinta

Tak perlu juga ber-orasi kata tanpa makna
Ia akan setia menjadi lawan bicara

Atau menjadi makna dalam setiap kata


Kubisikkan kembali kata itu
Kulafadzkan, kali ini tidak berbisik tapi perlahan

Aku memanggilnya bunda…



Rangkaian kata ini di posting dalam rangka ikut meramaikan acara unggulan parade pusisi cinta pada BlogCamp (abdulcholik[dot]com)
Gambar dipinjam dari sini
Selengkapnya...

Bukit Bengkirai



“Alam tidak pernah menghianati bagi hati yang mencintainya”

Aroma daun kering yang jatuh ke tanah memenuhi rongga penciumanku. Menapaki langkah demi langkah menyusuri alam yang masih asri. Sejuk kurasakan semenjak awal memasuki salah satu kawasan di Kalimantan Timur yang masih memiliki rimbunan hutan tropisnya. Ya, saya dan kawan-kawan mengunjungi Taman Nasional Bukit Bengkirai.

Bukit Bengkirai merupakan kawasan wisata alam berupa hutan alami yang masih asli. Letaknya berada di Km 36 Jalan Raya Soekarno-Hatta Balikpapan Samarinda. Dari jalan itu masih harus masuk ke dalam lagi sampai akhirnya bertemu jalan yang belum diaspal. Lalu, kita menyusuri jalan tak beraspal sejauh 7 km.

Selama perjalanan itu, kita masih bisa menikmati p
emandangan hutan asli Kalimantan. Tetapi kadang-kadang miris juga, melihat beberapa bukit di kawasan itu sudah mulai gundul. Entah itu karena kebakaran hutan atau ulah tangan-tangan yang tak bertanggung jawab. Perjalanan kami pun sempat terhenti ketika di depan mobil kami tersaji pemandangan seekor ular melintas sambil membawa seekor tikus di mulutnya.



Ketika memasuki kawasan bukit Bengkirai, kita di sambut dengan kawasan peristirahatan yang tenang. Beberapa bangunan serupa cottage yang terbuat dari kayu
menghiasi padang rumput hijau yang cukup lapang. Sejauh mata memandang terbentang hijaunya pepohonan yang menjulang, seakan bersaing menyentuh langit. Saya semakin tak sabar untuk memasuki kawasan tersebut, apalagi di kawasan ini terkenal jembatan kanopinya yang merupakan satu-satunya di Asia…




Letak jembatan kanopi dari base camp sek
itar 500 m. Untuk mencapainya kita harus berjalan kaki melalui beberapa trek. Trek I berjarak sekitar 150 m dengan rute menanjak. Untuk menempuhnya tak begitu sulit karena jalan setapak di sini masih sangat jelas terlihat. Di beberapa tempat bahkan tersedia anak yang mempermudah kita mendaki.



Kemudian setelah trek I dilalui, kita harus menempuh Trek II sejauh kurang lebih 300 m. Trek ini memang tak semudah Trek I sebab jalan setapak di sini sudah mulai membaur dengan daun-daun yang berjatuhan. Sepanjang jalan kita disuguhkan pohon-pohon khas hutan tropis berukuran besar seperti pohon Bengkirai dan Meranti.



Setelah kita melalui trek itu, akhirnya masuklah kita ke Jembatan Kanopi. Jembatan tersebut menghubungkan pohon bengkirai satu dengan
pohon bengkirai lainnya yang berjumlah 5 setinggi 30 m dari permukaan tanah. Dari atas jembatan kita dapat melihat formasi Tajuk Tegakan Dipterocarpaceae sebagai ciri hutan hujan tropis yang cukup indah dan membentk stratum atas yang saling sambung menyambung (untuk urusan ini saya tak begitu mengerti, kita coba tanya kawan petualang kita saja mas alamendah…)



Menurut sejarahnya, jembatan kanopi ini dibuat pada tahun 1998. Tahap pertama dikerjakan pada bulan Januari 1998 dan tahap kedua selesai pada bulan Februari 1998. Jembatan ini dikerjakan oleh para kontraktor dari Amerika yang tergabung dalam Canopy Contraction Asociated sebanyak 6 orang. Bahan-bahannya selain kayu, jembatan ini juga menggunakan material baja anti karat (Galvanized) hingga diperkirakan konstruksi dan umur jembatan mampu bertahan hingga 15-20 tahun sejalan dengan umur pohon penyangga itu sendiri.



Puas menikmati indahnya hutan tropis yang masih tersisa, saya pun beranjak menuruni jembatan kanopi. Untuk kembali ke base camp, saya dan kawan-kawan memilih untuk tidak menggunakan Trek yang sama dengan yang telah kami lal
ui sebelumnya.

Kami pun mencoba jalur Trek IV yang berjar
ak sekitar 1 km menuju base camp melalui komplek Flying Fox dan Kebun Anggrek Hitam, flora khas Kalimantan Timur. Namun sepertinya trek yang kami tempuh jarang terjamah oleh pengunjung. Alhasil selama perjalanan kami tak menemukan “manusia” lain. Flying fox dan Kebun Anggrek hitam yang rencananya kami singgahi juga ternyata terlihat terbengkalai begitu saja. Hanya plang yang terbuat dari kayu terhalang semak belukar berisi tulisan quote untuk menjaga alam dan jajaran pohon-pohon besar.


Yah, tak apalah. Setidaknya kami sudah merasakan bagaimana aroma hutan tropis sebelum semuanya punah. Jadi prihatin, ketika rencana pembangunan yang digulirkan pemerintah harus mengorbankan kelestarian alam ini. Semoga anak cucu kita nanti masih bisa mera

Semoga…
Selengkapnya...

Sepotong semangat dan sebuah award...


Wah..wah...setelah beberapa lama mengalami resesi semangat, akhirnya saya bisa bangkit lagi. Terima kasih kawan-kawan atas dukungan morilnya. Yah, namanya manusia, jadi tak selamanya saya bisa menjadi sekuat apa yang kalian bayangkan. Tapi, untungnya saya masih memiliki keluarga, kekasih, dan kawan-kawan tersayang.

Semenjak saya posting tulisan tentang
homesick yang saya rasakan, dukungan untuk saya yang diberikan oleh kawan-kawan tak henti mengalir. Layaknya pasangan Bibit-Chandra terkait kasus kriminalisasi KPK, atau kasus Mbah Minah yang diseret ke meja hijau hanya karena 3 buah kakao. Dukungan-dukungan berupa teriakan-teriakan semangat terasa sangat berarti.

Tapi bukan kasus-kasus itu yang ingin saya bahas kawan....


Belum sempat atau belum siap saya dengan materi-materi untuk membuat postingan membahas kasus-kasus itu. Alih-alih saya mengutarakan pendapat, nanti malah kena kasus seperti ibu Prita. Ah, demokrasi di negeri ini ternyata masih mahal...(kok OOT lagi yah?...)

Padahal disini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan yang telah memberikan dukungan untuk saya. Kekasih saya yang telah mengirimkan saya sepotong puisi berbahasa Inggris setelah membaca tulisan saya, tetapi karena dilarang jadi tidak bisa dipublish (maaf kawan-kawan, untuk privasi saja ^_^...) Dan juga tak lupa dengan Mbak Dhila yang telah memberikan award untuk saya (wah..benar-benar memenuhi janjinya nih...^_^)

Award yang saya terima dari mba dhila kali ini katanya bernama Blogger Award Community. Saya sendiri masih belum mengerti apa artinya, tapi setidaknya dengan award-award seperti ini bisa semakin menguatkan ukhuwah tali perbloggeran Indonesia (terlalu tinggi gak ya harapannya?...)

Award ini saya persembahkan untuk (hmm..) semua kawan-kawan saya sajalah yang mau mampir kesini. Khususnya ingin saya berikan kepada Kanglurik, yang telah berjasa mempromosikan blog ini;dan shavaat, inspirasi saya dalam menulis catatan harian dan petualangan. Juga untuk semua kawan-kawan yang mau bersusah payah mendukung saya ketika terpuruk.

Terima kasih yah mba Dhila atas hadiahnya, kapan-kapan saya buatkan hadiah lagi deh(hehehehe...). Terima kasih juga kawan-kawan....

Saya gak mau kalah dengan para pahlawan yang rela memberikan banyak pengorbanan untuk bangsa ini. Yah, jika kita tak bisa menjadi pahlawan untuk orang lain, setidaknya bisa jadi pahlawan untuk diri sendiri, keluarga, dan orang-orang yang kita sayangi...
Selengkapnya...

Homesick...


Entah kenapa akhir-akhir ini mendung selalu menggelayuti langit kota ini. Bukit di belakang kost ku juga selalu menampakkan deretan pohon yang semakin pekat. Baru kali ini aku merasakan benar-benar sendiri. Kesendirian yang benar-benar seakan menyiksa batin.

Setiap pagi selalu kusaksikan kabut selalu enggan tersibak, seakan menjadi tirai dari langit yang enggan menampakkan sinarnya. Pagi selalu tampak murung. Tak kudengar lagi nyanyian burung seperti hari kemarin. Embun pun kurasakan begitu dingin sedingin jiwa ini. Pada cermin, selalu kulihat seorang pria dungu yang menampakkan wajahnya dan selalu bertanya “Apa yang kau lakukan disini?”

Jika kurenungkan lagi, memang selalu menjadi pertanyaan mengapa aku harus disini. Ada perasaan gundah atau apalah namanya aku tak tahu. Jauh dari orang-orang yang kusayang. Jauh dari orang-orang yang kucintai. Pertanyaan itu selalu menggelayut, mengapa aku disini?



Tiba-tiba saja aku merasakan rindu yang sangat hebat. Berkelebatan bayangan-bayanganku bercengkerama dengan mereka. Mendengar celotehan, tangisan, atau apapun yang biasa kudengar. Ingin ku lihat wajah mereka satu per satu. Meski tersamar di antara genangan air yang memenuhi kelopak mata.


Aku terbayang dengan adik kecilku. Rindu tawanya yang mungkin tanpa arti. Tapi bagiku itulah penyemangat hidup. Meski hanya mendengar suaranya -jika kutelepon- dengan jawaban sepotong kata. Tapi aku senang.


Aku membayangkan wajah ibu, dengan wajah lembutnya meski terlihat lelah sekadar menegurku, mengingatkanku, atau apalah. Melihat bapak, yang meski sudah termakan usia, tapi tetap kuat. Semua mereka lakukan demi melihat anak-anaknya bahagia.
Aku rindu dengan adik-adikku. Meski kadang bertengkar hanya memperebutkan sepotong kue. Ah, tapi itu dulu. Kini seakan semuanya telah menggapai cita-citanya masing-masing.

Aku merindukan kekasihku. Melihat senyumnya atau bahkan cemberutnya. Mendengar celotehnya tentang apa yang dialaminya. Berbagi cerita.


Ah, kenapa semua seakan menghilang? Kemana semua?


Kini yang ada tinggal aku dan Tuhanku. Membuka percakapanku dengan-Nya hanya berharap semua bisa bahagia. Aku hanya bisa mengadu pada-Nya bahwa aku disini untuk mereka. Semua ku korbankan agar mereka bahagia. Biarkan mereka tidak tahu, percakapan ini hanya antara aku dan diriMu.

Ya Rob…tolong jangan sia-siakan pengorbananku. Jika kurelakan rasa rindu ini terenggut aku tak akan merelakan jika Kau merenggut kebahagiaan mereka. Ah, aku hanya merasa rindu, rindu yang sangat…

Samarinda, 14 Nov 2009 pukul 01.33 dinihari WITa, diiringi “Homesick” King Of Convenience…

Gambar diambil disini
Selengkapnya...

Terima Kasih, Hadiah untuk Kawan


Apa kabar kawan? Senang rasanya bisa jumpa lagi,walau hanya melalui tulisan. Sudah beberapa hari ini, bahkan mungkin pekan, saya tak sempat berkunjung sekadar menyapa atau memberikan komentar pada tulisan atau postingan kawan-kawan.

Ada kejadian menarik yang saya alami beberapa hari yang lalu. Saat itu saya sedang mengikuti perkuliahan penganggaran perusahaan. Sang dosen menceritakan kepada mahasiswanya perihal kosongnya kuliah pekan lalu. Beliau telah mengirimkan pemberitahuan atas kosongnya jadwal kuliah kepada beberapa mahasiswanya, termasuk saya.
Namun ada yang sangat disayangkan, katanya. Dari sekian banyak mahasiswa yang diberitahu melalui sms, tak ada seorangpun yang membalas sms tersebut dengan sms balasan berbentuk ucapan terima kasih. Beliau menjelaskan bahwa bukan ucapan terima kasih yang diharapkan darinya, tapi bagaimana cara kita memperlakukan orang lain.

Begitu besarkah makna dari sebuah ucapan terima kasih?


Ya, mungkin kita sering menganggap ucapan terima kasih adalah hal yang sepele, sama halnya dengan ucapan tolong dan maaf. Tapi ternyata, kata-kata tersebut adalah ungakapan-ungkapan luar biasa. Ungkapan yang menunjukkan betapa berharganya orang lain. Ungkapan terima kasih menunjukkan bagaimana kawan-kawan menghargai orang lain yang telah bersedia “melayani” anda.

Coba, kita rasakan perbedaannya ketika kita melakukan sesuatu, baik secara langsung atau tidak langsung, untuk orang lain. Jika orang tersebut mengucapkan “terima kasih” setidaknya ada yang menyenangkan dan menenangkan hati dari pada orang tersebut langung “melengos” tanpa sepatah kata pun. Bukan begitu?...

Dalam kesempatan ini pula, saya juga ingin mengucapkan “Terima Kasih” yang sebesar-besarnya kepada kawan-kawan sekalian. Tak terasa, ternyata duniamuam ini sudah genap berjalan 2 tahun pada bulan Oktober kemarin. Usia yang memang bisa dibilang cukup umur bagi sebuah blog. Namun tanpa bantuan, kunjungan dan komentar dari kawan-kawan sekalian, blog ini tak aka nada apa-apanya dan tak ada manfaat yang bisa diambil.


Pada awal pembuatannya, blog ini hanya berisi catatan-catatan yang “gak jelas” dari seorang muam. Sampai akhirnya saya bertemu dengan kawan-kawan sekalian, baik yang dengan senang hati mampir ke sini maupun yang “nyasar”. Semakin lama akhirnya saya menyadari kalau blog itu adalah tempat untuk berbagi, entah itu kisah, gundah, atau berbagai pengalaman.

Sebagai ungkapan terima kasih saya dari hati yang paling dalam, saya persembahkan sebuah award untuk kawan-kawan yang pernah mampir ke sini dan bersedia meramaikan blog ini. Nama award yang saya berikan adalah Terima Kasih Award. Tak ada persyaratan ataupun pemilihan untuk mendapatkannya. Ini hanya ungkapan terima kasih saya yang paling dalam dari hati atas kesediaannya berbagi dalam duniamuam sampai saat ini.


Terima Kasih Kawan…

Selengkapnya...

Hujan dan melankolis...

Adakah korelasi antara hujan dengan melankolis? Ah, sepertinya aku selalu merasakannya. Di setiap hujan turun, suasana yang melankolis langsung tercipta. Aroma tanah yang basah tiba-tiba saja menyeruakkan memori-memori masa lalu. Membangkitkan kenangan yang hampir mati tergerus waktu. Lalu terdampar ke dalam kelebat pikiran yang menjadikan aku amnesia dengan waktu.



Seperti hari ini, mulai dari pagi sejak ku membuka mata, langit sepertinya enggan menyibakkan selimut gelapnya. Di kejauhan nampak awan mendung bergelayut menyelimuti langit-langit kota yang makin lama makin mendekat. Akhirnya kelam muncul. Aroma tanah yang sebelumnya terasa jauh, kali ini telah memenuhi rongga hidungku. Tiba-tiba saja awan-awan tersebut mencurahkan air dalam jumlah yang luar biasa banyaknya. Mengetuk setiap atap rumah dengan kasar seakan ingin masuk ke dalam.

Sementara, diriku seakan merasa tak terganggu dengan keadaan di luar sana. Aku masih tergeletak dengan nyaman di atas kerasnya kasur kamar kost. Aku justru merasa nyaman dengan suasana itu. Hujan yang turun di luar membawa aroma-aroma yang tak berbeda dengan masa lalu. Malas rasanya untuk membuka mata. Dengan suasana ini aku ingin kembali bermimpi, melanjutkan perbincanganku yang belum tuntas di masa lalu.

Ah, tapi mata ini enggan terpejam, hari sudah tak pantas disebut pagi. Namun, di sana, matahari pun enggan menampakkan diri. Sepertinya ini yang dinamakan melankolis. Seperti matahari yang enggan muncul, aku juga merasa enggan untuk menyibakkan selimut kenangan dari dalam pikiranku. Aroma hujan membawa diriku ke alam paling dalam, menyelami satu persatu kabut waktu. Aku masih disibukkan dengan sebuah pertanyaan yang tak bisa dicerna dengan logika.

Sudahlah, aku masih ingin menikmati suasana melankolis ini. Toh, tidak setiap hujan mau datang dan mampir ke tempatku.
Semoga melankolis sehabis hujan ini tak dirasakan oleh masyarakat samarinda karena biasanya setelah hujan yang cukup deras, air sungai meluap, menggenangi rumah-rumah warga. Ah, aku tak mau itu terjadi..

Selengkapnya...

Guncangan lagi di Bumi Pertiwi...

reruntuhan bangunan kibat gempa di Padang kemarin, sumber: detikcom

Bagaimana kabarmu kawan? Seminggu telah lewat sejak lebaran lalu, banyak kisah-kisah menarik yang kubaca. Tetapi kudengar tanah bumi pertiwi kembali berguncang. Di wilayah Sumatera katanya, tepatnya di bagian Sumatera Barat. Aku mengetahuinya dari televisi semalam.


Panik. Tangismu pecah, pekik histeris dimana-mana. Bukan karena kedatangan Michael Jackson tetapi saat kamu mengetahui tanah bergemuruh dan bagunan luluh lantak. Ah, jika aku berada disana dan mengalami hal yang sama aku juga tak bisa berkutik. Disini pun aku hanya diam seribu bahasa, termangu tak bisa apa-apa. Hanya mulutku berkomat-kamit semoga kawan-kawanku yang sedang berada di sana berada dalam keselamatan.


Untuk kesekian kalinya Sang Maha Kuasa menunjukkan kekuasaannya. “Kunfayakuun…” begitu katanya, segeralah segalanya bisa terjadi. Semakin terasa ciut saja kita sebagai manusia. Entah ini pemberian cobaan atau teguran dari-Nya. Sepertinya Dia telah bosan dengan keangkuhan kita sebagai manusia. Semoga kita mau belajar dari kejadian ini…



salah satu bangunan yang ikut hancur akibat gempa, sumber: detikcom

Saya turut bersimpati atas musibah yang terjadi di Padang dan sekitarnya, semoga para korban mendapatkan tempat yang lebih baik di sisi-Nya dan para keluarga yang ditinggalkan tetap tabah. Untuk kawan-kawan yang terkena musibah tetaplah bersabar, akan ada hikmah yang bisa dipetik di balik setiap kejadian.
Selengkapnya...

Lebaran, Zakat dan Ketupat

gambar oleh Muam

Apa kabar kawan? Tak terasa yah puasa tahun ini sudah di penghujung waktu. Sebentar lagi kita menuju hari kemenangan, Idul Fitri, atau biasa kita sebut lebaran. Rasanya saya tak usah panjang lebar untuk menjelaskan apa makna lebaran atau Idul Fitri tersebut karena sepertinya sudah banyak narablog yang membahasnya, sedangkan saya merasa belum cukup ilmu untuk membahasnya secara mendalam. Tak apa kan?

Bagaimana dengan pengalaman lebaran kawan-kawan kali ini? Mungkin sebagian besar sudah berkumpul bersama keluarga dan sanak saudara yah… atau ada yang tahun ini merayakannya jauh dari keluarga? Tenang saja kawan, bersama atau tidak, dekat atau jauh yang berbeda tentunya suasananya saja, yang penting kan esensi dari Lebaran itu sendiri, bukan begitu kawan?

Lalu bagaimana dengan puasa yang telah kawan-kawan jalankan selama ini?

Semoga amal ibadah kita semua selama menjalankan puasa di bulan Ramadhan kemarin bisa menjadi penebus dosa-dosa kita atau setidaknya bisa menjadi penolong di hari akhir nanti. Kalau dikatakan menyesal, yah pastinya diri ini merasa menyesal. Merasa kurang maksimal dalam mengisi hari-hari Ramadhan kemarin. Ah, entahlah apakah tahun depan masih bisa bertemu. Kita semua pastinya mengharapkan hal yang sama kawan.

Oh iya, di penghujung puasa ada lagi kewajiban yang harus kawan-kawan lunasi, Zakat Fitrah. Sudahkah kawan-kawan melunasinya? Menyisihkan sebagian dari penghasilan yang diterima agar saudara-saudara kita yang kurang beruntung bisa ikut merasakan kebahagiaan di hari Ramadhan. 3,5 liter atau 2,5 kg beras yang menjadi makanan pokok sehari-hari disisihkan untuk membersihkan jiwa kita. Sukur-sukur kalo ada yang memiliki kelebihan materi, alangkah baiknya jika bisa berbagi kepada saudara-saudara kita yang kurang beruntung. Kalo kata ustdz, zakat itu merupakan syarat agar amal ibadah kita di Bulan Ramadhan diterima. Yah, Wallahualam bishowab…


gambar oleh Muam

Lain lagi di rumah-rumah, setiap penghujung puasa ada lagi hidangan yang khas. Yah, ketupat lengkap dengan sayurnya sudah menunggu. Untuk hidangan yang satu ini memang sepertinya khas menjadi hidangan lebaran di negeri kita, terlepas dari keberagaman kulinernya. Hmm, Lebaran dan berbagai aktivitasnya memang selalu berkesan. Silaturrahim, salam-salaman, maaf-maafan. Selamat Idul Fitri 1430 H kawan…

Kawan, dengarkan suara bedug mulai bertalu
Takbir bergema di segala penjuru
Alam seakan ikut mengagungkan kebesaran-Nya
Hari raya telah tiba…
Banyak khilaf dan salah kubuat seakan tak punya malu
Tak lebih yang kuinginkan selain memohon maaf padamu
Semoga tali silaturrahim tetap terjaga


Selengkapnya...

Menjadi Indonesia (yang Bhineka?...)

gambar: jika garuda tanpa bhineka, oleh: muam

ada yang memar, kagum banggaku,
malu membelenggu...
ada yang mekar, serupa benalu,
tak mau temanimu…
****
ada yang runtuh, tamah ramahmu
beda teraniaya…
ada yang tumbuh, iri dengkimu
cinta pergi kemana?...
(efek rumah kaca, menjadi Indonesia)

Rasanya pantas jika Efek Rumah Kaca membuat syair lagu seperti itu. Sebuah lagu yang terinspirasi dari buku karya Parakitri T. Simbolon dengan judul yang sama. Sebuah lagu yang mempertanyakan keadaan bangsa saat ini. Rindu akan sebuah kebanggaan terhadap suatu bangsa, rindu akan keramah-tamahan suatu bangsa, dan rindu akan cinta dari setiap masyarakat kepada masyarakat lainnya dalam suatu bangsa.

Jika Parakitri T. Simbolon dalam bukunya, “Menjadi Indonesia”, menceritakan bagaimana terbentuknya sebuah bangsa yang dinamakan “Indonesia” dari awal Nusantara hingga Perang Pasifik. Mungkin Efek Rumah Kaca lebih ingin membangkitkan kesadaran untuk peduli terhadap apa yang sedang dialami bangsa ini.

Memangnya ada apa dengan bangsa kita?

Dari penggalan syair sebelumnya, terlihat jelas kegelisahan akan hilangnya ciri khas suatu bangsa. Ciri khas akan indahnya keberagaman sebuah bangsa. Bangsa ini sudah terkenal dengan apa yang namanya “kemajemukan”. Siapa yang tak mengenal negeri yang memiliki belasan ribu pulau, ratusan suku bangsa, ragam bahasa, dan berbagai agama serta kepercayaan. Sejak zaman nenek moyang, keberagaman itu yang menjadi ciri khas bangsa ini.

Mahapatih Gajah Mada, sumber gambar: geocities

Apakah kawan-kawan ingat Sumpah Palapa yang dilakukan oleh Gajah Mada ketika ingin menyatukan kawasan Nusantara di bawah Kerajaan Majapahit? Satu per satu kerajaan kecil ditaklukan oleh Kerajaan Majapahit. Semenjak itu gugusan kepulauan yang terdapat di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik berada dalam satu kesatuan Nusantara. Sejak saat itu kawasan tersebut berada dalam satu kesatuan politik.

Sampai akhirnya datanglah bangsa-bangsa Eropa ingin menikmati segala kekayaan di negeri ini. Satu per satu pulau mulai dikuasai. Perbedaan budaya antar wilayah menyebabkan kurangnya rasa persatuan dalam melawan penjajahan, sampai akhirnya dideklarasikan Sumpah Pemuda pada tahun 1028 yang menyatakan kebangsaan Indonesia. Sejak itulah lahir sebuah konsep tentang suatu bangsa yang dinamakan Indonesia. Sebuah bangsa yang didirikan di atas segala pluralisme budaya, Indonesia adalah sebuah keragaman.

Namun apa yang terjadi sekarang ini?

Seolah kita belum siap untuk menjadi Indonesia, keberagaman yang ada justru menjadi momok yang mengancam sebuah persatuan. Chauvinisme seakan masih mengisi hari-hari kita. Pertentangan perselisihan antar kelompok tak pernah sepi mengisi surat kabar harian atau media-media massa lainnya. Coba kawan lihat, sudah berapa kali para suporter sepakbola daerahnya masing-masing sibuk membuang batu dan “perkakas” lainnya kepada suporter tim sepakbola dari daerah lain? Berapa kali pula kelompok mahasiswa yang katanya “terpelajar” saling memberi bom molotov dalam menyikapi apa yang dinamakan “perbedaan”.

Salah satu contoh tawuran antar mahasiswa, sumber: detiknews

Berbicara pluralisme di negara ini memang menarik. Di satu sisi pluralisme merupakan pondasi dari didirikannya negara ini. Hal ini terlihat jelas dari semboyannya, “Bhineka Tunggal Ika” yang selalu setia dibawa kemana-mana oleh Sang Garuda. Namun, di satu sisi pluralisme menanamkan bibit-bibit perselisihan dan pertentangan. Pelik memang, namun itu adalah kenyataan kawan.


Sudah saatnya kita belajar bukan hanya dari buku literatur, tapi mau belajar dari lingkungan sosial. Pendidikan konvensional telah sukses mencetak generasi-generasi yang “berotak” dan ber”ego”. Pendidikan yang telah berhasil meneruskan generasi yang “super-segala”, merasa dirinya paling benar. Sudah saatnya sesekali kita lihat sekeliling, menyikapi perbedaan yang ada justru menjadi pengisi warna dalam kahidupan, dan menyadari bahwa pluralisme itu sendiri merupakan dasar dari didirikannya negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Lalu bagaimana kawan, sudah siapkah saya dan kawan-kawan semua, kita, untuk menyebut diri kita sebagai Orang Indonesia? Siapkah kita Menjadi Indonesia, sebuah bangsa yang terdiri dari keberagaman? Kalau memang sudah siap, mari kita lanjutkan lagu tadi yang sebelumnya terpotong...

lekas,bangun dari tidur berkepanjangan
menyatakan mimpimu

cuci muka biar terlihat segar

merapikan wajahmu

masih ada cara menjadi besar

memudakan tuamu

menjelma dan menjadi Indonesia

......

Lagu Efek Rumah Kaca, Menjadi Indonesia bisa kawan-kawan download disini

Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti Writing Contest Pestablogger 2009. Pestablogger sendiri merupakan ajang pertemuan para narablog se-Indonesia yang diadakan setiap tahunnya. Untuk tahun 2009 ini Pestablogger mengambil tema “One Spirit One Nation”.



Selengkapnya...

BPK RI dan Pengelolaan Keuangan Negara


Kawan, tahukah kamu apa itu Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI)?

BPK RI merupakan lembaga tinggi negara yang mendapatkan amanah untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Adanya amandemen ketiga UUD 1945, serta paket Undang-undang keuangan negara yaitu UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; serta UU no. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan sebagai pengganti UU No. 5 Tahun 1973 tentang BPK; telah memperkokoh eksistensi BPK RI sebagai satu-satunya lembaga tinggi negara yang bertugas sebagai auditor eksternal pemerintah.

Artinya apa?

Artinya disini BPK RI memiliki peran aktif dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan. Caranya bagaimana? BPK RI mewujudkan peran aktif tersebut dengan menuangkannya dalam rencana strategis yang terdiri dari:
  1. mewujudkan BPK RI sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara yang independen dan profesional dalam semua aspek tugasnya untuk menuju terwujudnya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan negara;
  2. memenuhi semua kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan, dalam hal ini DPR, DPD, dan DPRD sertamasyarakat pada umumya;
  3. mewujudkan BPK RI sebagai pusat regulator di bidang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; dan
  4. mendorong terwujudnya tata kelola yang baik atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Jadi BPK RI berkaitan dengan pemeriksaan keuangan negara ya...Lalu apakah BPK RI itu sama dengan KPK? Kan mereka juga bertugas dalam memeriksa korupsi-korupsi...


Tidak, BPK RI berbeda dengan lembaga-lembaga pemeriksa lainnya. Dalam menjalankan tugas pemeriksaan, wewenang BPK RI terbatas hanya melakukan pemeriksaan, selebihnya tidak. Pemeriksaan yang dilakukan BPK RI itu sendiri terdiri dari 3 jenis yaitu pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Dari hasil pemeriksaan tersebut dilihat laporan hasil pemeriksaannya. Jika terdapat indikasi korupsi, tindak pidana, atau kerugian negara maka kasusnya akan diserahkan kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan seperti KPK, Kepolisian dan Kejaksaan Tinggi.

Jika BPK RI sebagai lembaga tinggi yang bertugas memeriksa seluruh elemen-elemen pemerintahan, lalu siapakah yang memeriksa BPK RI itu sendiri? apakah BPK RI tidak perlu diperiksa lagi?...

Nah, meskipun BPK RI menjadi lembaga tinggi negara yang bertugas sebagai pemeriksa eksternal dari pemerintah bukan berarti keuangan maupun kinerja BPK RI tidak perlu diperiksa. Untuk menjaga independensi kredibilitas BPK RI sebagai pemeriksa eksternal pemerintah, BPK RI menyerahkan urusan pemeriksaan keuangannya kepada Kantor Akuntan Publik yang sudah ditunjuk oleh anggotanya. Sedangkan untuk pemeriksaan kinerja dari BPK RI itu sendiri diserahkan kepada BPK dari negara lain dalam bentu peer review berdasarkan pertimbangan DPR, untuk tahun ini BPK RI diperiksa oleh BPK Belanda (Algemene Rekenkamer). Hasil pemeriksaan keuangan BPK RI oleh KAP dapat dilihat disini, sedangkan hasil peer review dapat dilihat disini.


penyerahan hasil Peer Review oleh Algemene Rekenkamer kepada BPK RI. Sumber gambar disini

Itulah sekilas peran pentingnya BPK RI dalam pengelolaan keuangan negara. Masih banyak PR yang harus dilakukan dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi keuangan negara. Untuk itu dukungan dari semua pihak sangat diharapkan termasuk dari kawan-kawan semua agar ikut mengawasi penggunaan keuangan negara.

Undang-undang yang terkait dengan tulisan ini dapat kawan-kawan unduh disini:
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan

Tulisan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Diklat Kehumasan dalam Lingkup BPK RI di Kalibata, Jakarta oleh Bapak Endang K. Saputra.
Selengkapnya...

Hijaunya Rumput Tetangga ...

gambar diambil disini

Kawan, apakah kau mengetahui atau sekadar pernah mendengar sebuah peribahasa "Rumput tetangga akan selalu terlihat lebih hijau"? Sebuah peribahasa yang menunjukkan betapa tidak puasnya manusia akan apa yang telah dimilikinya. Individu-individu yang akan selalu merasa kekurangan, apalagi jika dibandingkan dengan individu lainnya.

Dalam konteks hubungan sesama manusia, rasa ketidak-puasan selalu tergambar dengan keinginan untuk menjadi yang lain. Berangan-angan betapa nikmatnya jika kita menjadi sesuatu, betapa enaknya jika kita berada dalam posisi tertentu. Namun apakah pernah kita memikirkan setiap pilihan tersebut ada konsekuensi yang harus dijalani?

Yah, konsep pendidikan di negara ini sepertinya belum mengajarkan bagaimana konsekuensi logis atas setiap pilihan yang akan diemban. Sejak kecil doktrinasi sudah dimasukkan dalam rongga-rongga dalam kepala untuk bisa menjadi seseorang. Dongeng-dongen indah yang mengalun mengiringi lahirnya cita-cita. Ya, cita-cita apa saja, jadi presiden, jadi dokter, jadi insinyur, jadi bankir, jadi apa saja. Tapi, apakah kita diajarkan tanggung jawab dari setiap pilihan itu?

Pernahkah terbersit tanggung jawab dari setiap pilihan? Kita berkeinginan untuk menjadi presiden, lalu apakah pernah terpikir betapa rumitnya mengurus sebuah negara dengan ratusan juta kepala yang isi kepalanya berbeda-beda. Kita berangan-angan menjadi dokter, lantas apakah pernah terpikir bahwa nyawa-nyawa sang pasien berada dalam tanggung jawab seorang dokter. Apalagi jika ada pasien yang mengadu karena kasus mal praktek yang telah dilakukan, sengaja ataupun tidak. Kita ingin jadi insinyur, namun pernahkah kita berpikir nyawa orang-orang yang akan menduduki gedung yang kita buat berada di tangan kita. Rangka konstruksi yang sedikit saja meleset dari perhitungan bisa mengakibatkan nyawa-nyawa melayang. Apapun pilihannya, jangan pernah kita lupakan konsekuensi yang akan mengikutinya.

Bagaimana dalam konteks kenegaraan?

Yah, antara negara tetangga kita seakan-akan selalu memandang rumput di negara kita lebih hijau. Apa sebabnya? Berbagai macam budaya peninggalan leluhur kita satu-persatu di klaim oleh negeri tetangga. Mulai dari fashion (batik), alat musik (angklung), tarian (pendet, reog), sampai bahasa pun mereka ingin ikut mengakuinya. Bahkan sampai pulau-pulau terpencil di daerah perbatasan tak luput dari klaim mereka.


beberapa kebudayaan negeri kita yang berusaha diklaim negeri tetangga, sumber disini

Nah, kalau begitu mereka yang memandang rumput kita lebih hijau. Lalu bagaimana dengan negeri kita? Apakah ikut memandang rumput di negeri tetangga lebih hijau?

Dalam Jejak Pendapat Kompas (31/8/09) diperoleh data pada tahun 2007 jumlah "turis" dari negara kita yang berkunjung ke "negeri seberang" mencapai hampir 3 kali lipat dari jumlah turis negeri tersebut yang mengunjungi negeri kita. Apa masalahnya? Apakah rasa cinta tanah air kita masih kurang atau objek wisata di negeri ini sudah banyak yang tak layak dikunjungi. Padahal setahu saya masih banyak objek wisata dalam negeri yang belum terjamah. Atau hanya karena rasa "kebanggaan" bisa berkunjung ke negeri seberang?

Lalu, masalah TKI ilegal seakan tak pernah selesai. Selesai dideportasi, mereka tak segan akan kembali bahkan dalam jumlah yang lebih banyak. Mati 1 tumbuh 1000 mungkin motto yang cocok disandang bagi para pahlawan devisa itu. Siksaan yang bahkan mempertaruhkan nyawa tak bisa mengalahkan keinginan mereka untuk meraup ringgit. Berarti bukankah negeri seberang memiliki rumput (baca: penghasilan) yang lebih hijau daripada negeri kita?

Lagi-lagi yang harus kita sikapi adalah bagaimana kita bisa bersyukur atas apa yang telah dimiliki. Selain itu kita harus paham konsekuensi logis dari apa yang kita miliki, sebuah tanggung jawab yang melekat dari tiap posisi. Setiap orang sudah diberi jatah tanggung jawab yang harus diemban atas posisinya sekarang. Begitu pula dengan negeri ini yang memiliki beraneka ragam budaya, sudah sepatutnya kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga, melestarikannya, dan mencintainya. Introspeksi juga diperlukan agar kita bisa berbenah, mempercantik negeri agar bukan hanya bangsa asing yang bangga dengan negeri kita, tapi kita juga bisa ikut berbangga.

Bangga sebagai Warga Indonesia...
Bangga memiliki beraneka ragam budaya...
Bangga menggunakan Bahasa Indonesia...
Bangga sebagai Indonesia...

Selengkapnya...

Award Pasopati - Award perayu backlink



Beberapa hari yang lalu saya mendapatkan kabar menarik dari salah seorang kawan blogger terbaik yang saya miliki, mba Dhila aka Fhadilatul Muharram, katanya saya mendapat award dari beliau. Senangnya... tanpa bertele-tele langsung di cek ke TeKaPe. Ternyata award tersebut bernama Pasopati Award. Sebelumnya ketika sedang jalan-jalan sudah melihat award seperti ini. Menurut saya syarat-syaratnya seperti MLM, makannya saya pernah menyebut Award MLM untuk award yang satu ini.


Bagi kawan yang menerima award ini, DIHARUSKAN untuk membagikan kembali Award ini kepada 10 (sepuluh) orang temannya. Dan selanjutnya sahabat harus meletakkan link-link berikut ini di blog atau artikel sahabat dan langsung mengunjungi semuanya (yang 10 orang dibawah ini):

1. Babeh
2. Babesajabu
3. Dinoyudha
4. Abdul Cholik
5. Kolojengking
6. Perigitua
7. Diah Pramesti
8. Finda
9. Fadhilatul Muharram
10.Muam


Aturan mainnya bagaimana ya?

Menurut si pemberi award cara mainnya seperti ini:


1.Hapus Peserta Nomor 1 Dari Daftar Di Atas

2.Masukkan Link Anda Di Posisi Ke-10

3.Semua peserta naik 1 level


4.Yang tadi nomor 2 jadi nomor 1, nomor 3 jadi 2, dst.


Harap diingat, para sahabat semua harus fair dalam menjalankannya. Jika setiap penerima award mampu memberikan lagi award ini kepada 5 orang saja dan mereka semua mengerjakannya dengan baik, maka jumlah backlink yang akan didapat sbb:

Ketika anda pada posisi 10, jumlah backlink = 1

Posisi 9, jumlah backlink = 5


Posisi 8, jumlah backlink = 25


Posisi 7, jumlah backlink = 125


Posisi 6, jumlah backlink = 625


Posisi 5, jumlah backlink = 3,125


Posisi 4, jumlah backlink = 15,625


Posisi 3, jumlah backlink = 78,125


Posisi 2, jumlah backlink = 390,625


Posisi 1, jumlah backlink = 1,953,125


Dan semuanya menggunakan kata kunci yang anda inginkan. Dari sisi SEO anda sudah mendapatkan 1,953,125 backlink dan efek sampingnya jika pengunjung web para downline anda mengklik link itu, anda juga mendapatkan traffic tambahan.


Nah, betul kan, award ini seperti proses dalam MLM. Selanjutnya saya memiliki kewajiban untuk meneruskan award ini. Kawan-kawan yang saya berikan award ini adalah:

1. Shavaat
2. Dyan
3. Ersa
4. Oca
5. Neng_nong
6. Gerrilya
7. Mas Jagat
8. Sekartaji
9. Vina Ayuningtyas
10.Agung Kris

Buat kawan-kawan yang sudah menerima award ini, diharapkan untuk menjalankan amanahnya...
selamat menjalankan tugas kawan...
Selengkapnya...

Cerita saat Ramadhan


Sumber gambar: styleislam dengan beberapa perubahan

Kawan, Alhamdulillah, doa kita pada saat Lebaran tahun kemarin dikabulkan. Kita meminta agar bisa dipertemukan kembali dengan Bulan Ramadhan. Dan Ramadhan pun tiba... Kali ini kita diberi kesempatan kembali untuk merasakan bulan tersebut. Mengisi bulan tersebut dengan sebaik-baiknya, mungkin bisa lebih baik dari Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Semoga saja Sang Maha Kuasa masih mau memberikan amnesti untuk kita. Semoga saja...

Kawan, entah kenapa pada Ramadhan kali ini aku merasa beda. Bukan beda karena diriku yang berubah, tetapi ada suasana yang tidak sama dengan Ramadhan sebelumnya. Memang Ramadhan kali ini aku jauh dari keluarga, tetapi bukan hanya itu suasana yang kurasakan beda. Aku rasa aku sudah terbiasa dengan hal itu. Namun, ada banyak hal yang akan kurindukan dari Ramadhan-Ramadhan sebelumnya yang mungkin tak bisa ku dapatkan dalam Ramadhan kali ini.


Kawan, aku merindukan saat-saat sahur dahulu. Yah, meskipun dengan menu seadanya, aku hanya merindukan suasananya, kesederhanaannya. Cukup bagiku Indomie rebus atau sayuran serta lauk pauk sisa semalam yang dihangatkan. Namun bagiku, kehangatan saat-saat itu yang lebih nikmat.

Kawan, aku merindukan saat-saat berbuka dahulu. Menunggu adzan maghrib berkumandang di masjid, duduk bersila mengelilingi hidangan berbuka bersama yang lain. Saat adzan berseru, segera kami menyantap hidangan tersebut. Penarik becak, penjual roti, penjual siomay, pengusaha, pak RT, pak RW,ustadz, marbot masjid, pelajar, anak-anak, semuanya menikmati hidangan dari wadah yang sama tanpa ada pembeda. Semuanya setara.

Kawan, aku merindukan saat-saat menjelang tarawih dahulu. Berusaha datang lebih awal untuk menempati shaf terdepan karena mendapatkan tugas untuk menjadi bilal atau menjadi pembuka acara ceramah. Kata ustadz untuk memupuk rasa percaya diri. Tapi aku senang, berarti yang muda masih dipercaya, sebab katanya banyak yang belum mempercayai anak muda seperti kita kawan.

Kawan, aku merindukan saat-saat setelah tarawih dahulu. Setelah tarawih selesai tidak segera pulang tetapi berkumpul dengan kawan-kawan lainnya. Sekadar mengobrol atau saling tukar pengalaman. Setelah itu, duduk melingkar dan mulai membaca mushaf Al-Qur’an. Yah, lumayan..meski hanya satu atau dua halaman tetapi jika bersama-sama tak akan terasa. Tiba-tiba saja sudah berganti surat. Kemudian berebut hidangan kue sisa ta’jil tadi sore....

Nah kawan, itu hanyalah cerita dari Ramadhan-ramadhan lalu yang pernah ku alami. Entahlah, apakah pada Ramadhan kali ini aku bisa merasakan hal yang serupa. Tapi, mungkin saja aku punya pengalaman baru dalam Ramadhan kali ini. Iya, kan hidup itu harus dinamis, tidak boleh stagnan, begitu katanya.

Mungkin Ramadhan setiap tahunnya memiliki cerita tersendiri. Bagi setiap orang juga Ramadhan memiliki kesan yang unik. Maukah kawan-kawan berbagi cerita denganku? Yah, meski hanya sebagai pelepas rindu...

Selengkapnya...

Hari Kemerdekaan

17 Agustus tahun 45
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka, nusa dan bangsa
Hari lahirnya Rakyat Indonesia
Merdeka...

Sepenggal lagu yang diciptakan oleh H. Mutahar tersebut merupakan lagu yang sering dinyanyikan oleh warga negeri ini di Bulan Agustus. 64 tahun yang lalu, tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta memproklamirkan kemerdekaan negeri ini. Sebuah kebebasan untuk mengatur bangsanya sendiri tanpa campur tangan bangsa lain yang telah dicita-citakan sejak lama. Selanjutnya, tanggal tersebut dijadikan sebuah momen untuk merayakan hari kelahiran sebuah bangsa. Hari kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Lalu apa maksud dari perayaan tersebut? Apakah hanya sekadar ritualitas setiap tahunnya yang hanya diisi dengan upacara pengibaran bendera kemudian dilanjutkan dengan berbagai perlombaan atau tasyakuran?



Maksud dari adanya peringatan tersebut selayaknya merupakan penghargaan bagi para pahlawan atas jasanya yang telah membawa bangsa ini pada sebuah kemerdekaan. Penghargaannya berupa Upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih yang setidaknya menjadi alat untuk mengingatkan kita akan jiwa nasionalisme yang harus terpatri dalam sanubari. Sedangkan perlombaan-perlombaan dimaksudkan untuk mengingatkan kita akan semangat perjuangan dalam meraih sebuah kemerdekaan.

Lalu apakah kita sekarang benar-benar merdeka?

Untuk sebuah negara, merdeka yang dimaksud mungkin telah tercapai. Namun dalam realitanya, kemerdekaan yang belum tercapai di beberapa sisi kehidupan. Seperti dalam kasus Ibu Prita Mulyasari, kasus tersebut merupakan contoh dimana kemerdekaan dalam berpendapat masih terkekang. Kemerdekaan masih bisa “dibeli” oleh pihak-pihak yang memiliki kekuasaan. Dalam beberapa hal, masih banyak pihak yang mengakui dirinya paling benar kemudian memvonis yang lain salah. Apakah itu disebut kemerdekaan?

Ketika suara-suara kebenaran masih terbungkam oleh sokongan materi apakah itu masih layak dinamakan kemerdekaan? Jika untuk berpendapat saja bangsa kita masih belum merdeka, lantas apa makna tanggal 17 Agustus bagi kita? Sebagai hari kemerdekaan atau hanya hari kelahiran sebuah bangsa?


Catatan ini hanya opini dari penulis yang masih berharap adanya kemerdekaan dalam mengungkapkan pendapat.




Selengkapnya...

Belum (mau) mati

Beberapa waktu yang lalu saya iseng-iseng mendesain sebuah kaus untuk diikutsertakan dalam Lomba Desain Kaos yang diadakan Kementerian Desain Republik Indonesia. Ternyata, beberapa hari kemudian ketika saya jalan-jalan ke blog tersebut desain kaos saya sudah terpasang. Wah..senangnya. Desain yang saya kirim adalah seperti ini:


Kawan-kawan, tolong dukung saya atau lebih tepatnya desain saya. Untuk mem-vote, kawan-kawan bisa klik link disini. Atas dukungan dan partisipasinya, saya ucapkan banyak terima kasih. Nantikan pula desain-desain selanjutnya...

Indonesia BERGERAK !
INDONESIA BELUM MAU MATI...

Selengkapnya...

Apakah sederhana itu adalah kenaifan?

Alhamdulillah, blog ini bisa kembali normal meskipun terdapat beberapa perubahan disana-sini. Terima kasih untuk teman-teman yang telah mendukung dan memotivasi agar blog ini tidak mati. Ternyata sebuah "kerusakan" bisa membuat sesuatu menjadi lebih baik dari sebelumnya yang padahal tak pernah terpikirkan. Benar juga kata orang bijak, jangan mau terjebak dalam kenyamanan. Sedikit saja kita terbuai, kita bisa terhanyut bahkan mungkin tenggelam. Bersyukurlah dengan segala cobaan, yah meskipun tidak enak, setidaknya kita masih bisa terhindar dari zona nyaman...

Hmm..kok pembicaraannya jadi melantur ya? Kembali ke topik, walaupun terdapat penambahan dan pengurangan dalam blog ini, konsep awalnya tetap tak mau ditinggalkan, sebuah kesederhanaan. Yah, sebuah kesederhanaan yang saat ini mungkin sudah jarang ada yang mengerti maknanya, termasuk saya. Sebuah kata yang didasari dengan kata sederhana. Adakah yang mau membantu memberikan arti apa makna sederhana itu?

Bukan, sederhana yang dimaksud bukan nama sebuah rumah makan khas daerah Sumatera Barat yang terkenal dengan rendangnya atau Gulai Kepala Ikan Kakapnya. Sederhana yang dimaksud adalah sederhana yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti bersahaja; tidak berlebih-lebihan; sedang (dl arti pertengahan, tidak tinggi, tidak rendah, dsb); tidak banyak seluk-beluknya (kesulitan dsb); tidak banyak pernik; lugas. Tapi kenapa maknanya sekarang semakin luntur ya? Atau mungkin semakin sulit bagi manusia untuk menerapkan kata itu dalam kehidupan sehari-hari?

Saat ini, ketika ada yang mencoba untuk menjadi sosok yang sederhana maka saat itu pula banyak cemoohan datang. "Hidup di jaman sekarang jangan terlalu naif..", begitu kata mereka. Lantas apa hubungan sederhana dengan sebuah kenaifan? Sebegitu sulitkah menjadi sosok yang sederhana hingga dicap sebagai makhluk yang naif? Merelakan dirinya menjadi santapan manusia lain yang lebih serakah?

Hufh, semakin sulit saja saya mendeskripsikan apa itu sederhana apalagi menerapkannya. Kadang kata memang tidak bisa memuaskan hausnya diri kita akan sebuah makna. Meskipun sepertinya sulit dalam dunia nyata untuk menerapkan apa itu sederhana, setidaknya disini saya ingin mencoba menjadi sederhana. Bersahaja. Atau kalau kau ingin sebut naif, silahkan...


Selengkapnya...

Blog ini sedang dalam perbaikan...

Kawan-kawan blogger yang terhormat, untuk beberapa hari ke dapan blog ini akan mengalami renovasi. Saya, sebagai pemilik blog meminta maaf sedalam-dalamnya jika dalam kurun waktu tersebut belum ada artikel posting terbaru.

Oh, iya. Kerusakan blog ini terjadi akibat tindakan "iseng" saya mengutak-atik template. Padahal sudah saya download full template sebelumnya. Tapi ketika diunggah lagi beberapa data banyak yang hilang, termasuk widget-widget yang sebelumnya telah terpasang. Salah satu widget yang hilang adalah link menuju ke blog milik kawan-kawan sekalian.


Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini mohon bantuan dan partisipasinya dalam memperbaiki blog ini. Saran dan kritik dari kawan-kawan sangat diharapkan agar dapat membangun sebuah blog yang bisa bermanfaat. Untuk teman-teman yang link-nya sudah terpasang namun sekarang hilang mohon konfirmasinya lagi...

Owh..padahal masih banyak yang ingin ditulis, tapi kayaknya content yang ada harus diperbaiki terlebih dahulu ya... Mohon bantuannya ya kawan-kawan...
Selengkapnya...

Food Not Bombs

Pertanyaan di atas kembali mengglayuti alam pemikiran saya setelah kembali mendengar kabar adanya ledakan "bom" di negeri ini. Yah, Jumat, 17 Juni 2009, 2 ledakan kembali terjadi di ibukota, tepatnya di Hotel JW Marriot (lagi?...) dan Ritz Carlton. Ledakan yang mebuat daging-daging manusia berserpihan bersamaan dengan pupusnya mimpi para pengemar bola agar negeri ini bisa dikunjungi oleh Tim Sepakbola ternama, MU (Manchester United).Ya, hotel yang terakhir saya sebutkan rencananya memang dijadikan tempat menginap para pemain MU tersebut.



Tapi bukan itu masalahnya. Ini bukan tentang pembatalan kehadiran tim MU ke tanah air, atau tentang kenapa sasaran bom kembali ditujukan ke hotel di pusat kota. Ini lebih ke permasalahan eksistensi. Ya, bukan rahasia lagi pada zaman sekarang masih ada ya yang ingin menunjukkan eksistensinya di atas bumi dengan tindakan kekerasan. Termasuk bom. Menghabiskan lembar demi lembar rupiah hanya untuk meluluh-lantakkan sesama hanya ingin memberi tahu dunia bahwa mereka "ada" atau ingin menunjukan bahwa mereka dan idealisme mereka yang paling benar.




Saya justru lebih tertarik dengan kawan-kawan "bomber" graffiti yang mengebom (tembok) jalanan dengan cat warna warni dan tulisan-tulisan yang kadang ada pesan sosial di dalamnya, atau dengan melakukan sticker act ke penjuru-penjuru kota untuk mengatakan bahwa mereka "ada".




Atau bisa kita lihat kawan-kawan dari gerakan
Food Not Bombs Bandung, yang membagi-bagikan makanan secara gratis kepada masyarakat di sekitar mereka.

Food Not Bombs di bandung sendiri merupakan afiliasi dari gerakan Food Not Bombs Internasional. Menurut sejarahnya, pada awal pendiriannya gerakan ini merupakan bagian dari gerakan anarkis yang menolak penyerapan anggaran yang cukup besar untuk membiayai militer (senjata) dan perang, padahal masih banyak manusia yang mengalami kelaparan. Menurut mereka, salah satu cara menerapkan politik radikal dalam tatanan masyarakat di mana masih terdapat banyak sekali kemiskinan dan kelaparan, adalah dengan menyediakan makanan gratis.


Yah, kalau orang-orang seperti itu, yang di dalam kehidupan masyarakat dianggap sebagai kaum marjinal punya prinsip seperti itu mengapa orang yang katanya "memiliki" agama justru malah menghancurkan sesama. Kenapa harus membeli alat-alat peledak kalau saudara-saudara di sekitar kita masih banyak yang kelaparan?. Bukankah hidup itu lebih baik tanpa bom daripada tanpa makanan?...

Selengkapnya...

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme