Apa kabar kawan-kawan?.. Lama tak bersua ya.. rasanya gatal tanganku melihat blog ini terlantar, kasihan sekali pemiliknya sudah lama tak melongoknya. Sudah beberapa bulan ini saya bingung mau diapakan blog ini. Rasanya yang penting harus terisi dulu yah lalu keliling mampir menyapa kawan-kawan ....
Bulan April kemarin ternyata saya sudah genap setahun menginjakkan kaki ke Bumi Etam. Semenjak saya memposting artikel ini, sebuah artikel isinya pengalaman pertama saya ketika pertama kali berada di Kaltim, dengan berbagai harapan yang bisa saya bawa. Tak terasa juga ternyata sudah banyak kenangan yang saya peroleh.
Pertama kali saya tiba di Balikpapan saya merasa tak jauh berbeda dengan kota asal saya, Jakarta. Perbedaannya mungkin hanya tidak begitu banyaknya gedung-gedung pencakar langit. Ternyata ekpektasi saya tentang Kalimantan Timur meleset, Kalimantan Timur – Balikpapan – tak sesepi yang dibayangkan.
Di Samarinda pun begitu, Kota yang akhirnya menjadi tempat persinggahan saya selama beberapa tahun ke depan nanti ternyata bisa dikatakan cukup (bahkan sangat) ramai. Di Jakarta banjir, di Samarinda pun begitu. Tahun lalu kedatangan saya ternyata disambut dengan banjir besar di Samarinda. Mungkin yang sempat mengagetkan saya adalah budaya jalanan sebagian besar pengendara motornya. Ternyata ungkapan bahwa sebagian besar pengendara sepeda motor di Samarinda lebih urak-urakan daripada di Jakarta dan Jogja tak salah.
Selain itu yang sedikit mengagetkan adalah budaya jual belinya. Kalau dulu, ditempat asal saya pembeli adalah raja, maka penjual akan memberikan service penjualan yang memadai. Hal seperti itu ternyata sangat jarang saya temui di Samarinda. Kota yang terkenal dengan perdagangannya ini ternyata belum memiliki nilai tambah dalam hal pelayanan kepada pembelinya, meski di beberapa tempat saya masih menjumpai penjual yang ramah.
Yah, budaya di setiap daerah memang selalu berbeda. Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Susah senang di kota ini, provinsi ini, akan saya jalani semasa masa tugas saya masih belum berakhir. Bagaimanapun, di kota ini saya berusaha mencari nafkah dan menjalankan segala kewajiban. Semoga harapanku pada saat pertama kalinya menginjakkan kaki di tanah Kalimantan ini untuk sedikit banyak bisa berkontribusi dalam pembangunan bisa tercapai.
Saat ini Samarinda sedang menuju Pemilihan Walikota. Semoga yang menjadi pemimpin benar-benar bisa mengayomi rakyat, bukan sekadar janji-janji palsu.
Semoga nanti dengan Pemimpin yang baru bisa bersama-sama membangun Kaltim untuk semua....
Bulan April kemarin ternyata saya sudah genap setahun menginjakkan kaki ke Bumi Etam. Semenjak saya memposting artikel ini, sebuah artikel isinya pengalaman pertama saya ketika pertama kali berada di Kaltim, dengan berbagai harapan yang bisa saya bawa. Tak terasa juga ternyata sudah banyak kenangan yang saya peroleh.
Pertama kali saya tiba di Balikpapan saya merasa tak jauh berbeda dengan kota asal saya, Jakarta. Perbedaannya mungkin hanya tidak begitu banyaknya gedung-gedung pencakar langit. Ternyata ekpektasi saya tentang Kalimantan Timur meleset, Kalimantan Timur – Balikpapan – tak sesepi yang dibayangkan.
Di Samarinda pun begitu, Kota yang akhirnya menjadi tempat persinggahan saya selama beberapa tahun ke depan nanti ternyata bisa dikatakan cukup (bahkan sangat) ramai. Di Jakarta banjir, di Samarinda pun begitu. Tahun lalu kedatangan saya ternyata disambut dengan banjir besar di Samarinda. Mungkin yang sempat mengagetkan saya adalah budaya jalanan sebagian besar pengendara motornya. Ternyata ungkapan bahwa sebagian besar pengendara sepeda motor di Samarinda lebih urak-urakan daripada di Jakarta dan Jogja tak salah.
Selain itu yang sedikit mengagetkan adalah budaya jual belinya. Kalau dulu, ditempat asal saya pembeli adalah raja, maka penjual akan memberikan service penjualan yang memadai. Hal seperti itu ternyata sangat jarang saya temui di Samarinda. Kota yang terkenal dengan perdagangannya ini ternyata belum memiliki nilai tambah dalam hal pelayanan kepada pembelinya, meski di beberapa tempat saya masih menjumpai penjual yang ramah.
Yah, budaya di setiap daerah memang selalu berbeda. Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Susah senang di kota ini, provinsi ini, akan saya jalani semasa masa tugas saya masih belum berakhir. Bagaimanapun, di kota ini saya berusaha mencari nafkah dan menjalankan segala kewajiban. Semoga harapanku pada saat pertama kalinya menginjakkan kaki di tanah Kalimantan ini untuk sedikit banyak bisa berkontribusi dalam pembangunan bisa tercapai.
Saat ini Samarinda sedang menuju Pemilihan Walikota. Semoga yang menjadi pemimpin benar-benar bisa mengayomi rakyat, bukan sekadar janji-janji palsu.
Semoga nanti dengan Pemimpin yang baru bisa bersama-sama membangun Kaltim untuk semua....
28 Response to "Setahun sudah di Bumi Etam"
kami sempat ke balikpapan dan samarinda sebrang , jangan lupa mas mampir ke hidayatulloh. wah makan buah-buahan hutan cukup enak. Kami belom sempat mampir ke Islamic center sebab belum jadi pada saat itu. Salam sehat selalu
Ya memang benar disana sering banjir juga ketika musim hujan. wah di Balikpapan malah sering juga ada tawuran malam-malam. Hmm sebuah kota yang akan menjadi lebih ramai dan tujuan para perantau banyak yang ke kaltim. semoga kerasan tinggal disana mas. salam sehat selalu
(maaf) izin mengamankan KETIGA dulu. Boleh kan?!
Sudah lama banget gak bersua dengan Mas Muam. bagaimana kabarnya di Kalimantan?
>kawanlama : Hidayatullah yah mas? wah, saya malah gak tau tempat apa itu?Setahun tapi belum sempat keliling kota...terima kasih kawan..
>Rumah sehat afiat: wah..alhamdulillah saya di Balikpapan gak mengalami hal seperti itu...
>mas alamendah: alhamdulillah kabar saya baik2 saja mas...
Wah, itu fotonya sedang nongkrong di tepian mahakam ya...
Pertama-tama... aku mau ketawa dulu...
hahahahaha :D
Hehehe...
Sambutan yang baik banget kan... (banjir itu loh)
Hmm... *sedang memikirkan tentang pedagang yang kau maksud*
Hahaha,
happy anniversary mar, kehidupan alumnus stan memang bisa dimana saja.
Saat ini aku memang di Jakarta, tapi 2,3,10 tahun lagi tak tau bakal dimana..
Disyukuri dan dinikmati.
Sama-sama kita menghilang lama mar...
>kang ifan: iya tuh kang... iseng-iseng berhadiah, siapa tau nemu pesut..hehehe..
>kakaakin: hehehe...sudah setahun loh mba saya disini...sambutan yang benar-benar ramah...
hmm,,untuk pedagang kan saya bilangnya sebagian besar, jadi gak semua tapi mayoritas...
hal itu juga dibenarkan oleh dosen saya, kalo kakaakin ke tempat saya, pembeli benar-benar diberikan pelayanan loh mba...jadi bener2 penjual itu gak mau kehilangan prospeknya...
>kanglurik: hmm..semoga 10 tahun lagi saya bisa kembali ke kampung halaman...hahahahaha....
sama-sama lama menghilang yah....
ayo lah bang beli aja rc nya, nunggu lahir si junior mah lammmmaaaa.... keburu abis dah rc nya heuheuu...
wah...
gmana rasanya???
gk kangen gitu maindonesia???/
>cantigi: waduh...(sambil garuk-garuk kepala)...
masih mikir-mikir nih bang...kalo udah keabisan berarti bkan rejeki...
>camera: wah..iya..kalo kangen dengan Indonesia silahkan kembali mas.. :)
kabarr baik mas..udah sehat tapi blom fit bgt hihihi hi
mas muam gmana kabar nya???
pateennn iaa mas samarinda hihihi hi
semangat muam!
bisa juga yah, ternyata saia komen di blog ini
Udah setahun ya... semoga betah ya...
wahhh udah lama yah saya nggak kemari, heheheh
pa kabar?
Salam kenal mas Muam, kunjungan di pagi hari. Semoga jadi silaturahmi. Sukses
> bri: alhamdulillah..masih paten2 aja bri...
wah kalo gitu semoga cepat pulih yah....
> bang dony: hahaha..tentu saja, bukannya sesama pecinta blogspot..ehehe..
>zico: amin mas..
>mba tary: hehehe..iyah mba,
saya aja baru mengunjungi blog baru mba.
>pakosu: salam kenal juga..terima kasih telah mampur..
Oke deh semoga bisa kerasan sampai masa kerjanya berakhir ya,mas..salam jepret!
>tukangpoto: amin mas tukangpoto..nanti saya mau banyak belajar nih tentang pooto2..ajarin yah..
hehehe (^_^)
asik asik asik.,.,.
kpn pulang ?
:D
> aziz orang merdeka: secepatnya mas..
terima kasih..
:)
Hoo.. saya 15 tahun disana, lebih tepatnya di Balikpapan. Dari lahir sampai lulus SMP.. dan sampai sekarang belum sempat ke sana lagi.
Hmm, aneh ya. Kalo yang kebudayaan sepeda motor saya kurang tahu, karena dulu belum bisa naik sepeda motor disana.
Tapi kalo budaya pelanggan adalah raja, melihat pengalaman saya selama disana, perasaan sama aja deh saya di Surabaya sama di Balikpapan..
Gak tau lagi kalo di Samarinda, harusnya sih gak jauh beda.. tapi tidak tahu lagi kalo semua sudah berubah..
>agyl: hehehe..iya, pertukaran budaya itu perlu yah, maksudnya kita harus mempelajari budaya di tempat kita berpijak..
gak di sini sama kota sama aja ya,banjir dan tawuran.klo disana adem gak mas katanya disana diatas bukit aja panas.
Posting Komentar
mohon komentar, kritik, dan sarannya...