macet lagi...macet lagi...

akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan kejadian fenomenal di jakarta. sebuah peristiwa yang sudah menjadi kebiasaan tiba-tiba menjadi suatu hal di luar kebiasaan. ya, macet yang terjadi di ibukota tiba-tiba menjadi sebuah peristiwa yang fenomenal ketika terjadi di luar batas. menurut data, 80% wilayah jalan raya di jakarta, setiap jam berangkat dan pulang kerja mengalami kemacetan yang luar biasa. bayangkan saja, jarak tempuh dari rumahku di Bekasi ke Pulo Gadung yang kalau lancar bisa ditempuh hanya dengan 45 menit, tiba-tiba menjadi 2 jam. itu belum seberapa, kawasan Pondok Indah yang notabene kawasan elite, tiba-tiba menjadi riuh dengan hingar-bingar kemacetan. temanku cerita, meskipun dia mengendarai motor, tetap tidak bisa lewat, dan stagnan di sana hingga 1 jam.

beberapa penyebab mendasari orang-orang beropini mengenai sumber dari kemacetan itu. kebanyakan dari mereka berpendapat kemacetan tersebut diakibatkan adanya pembangunan sarana-sarana transportasi massal yang tak kunjung selesai. pembangunan koridor busway yang mempersempit lahan jalan utama menyebabkan terjadinya penumpukkan kendaraan. monorail yang sampai sekarang masih terpancang hanya tiangnya saja juga memperburuk keadaan. ditambah lagi pembangunan underpass dan bypass yang masih belum selesai di beberapa tempat.

di antara pendapat-pandapat tersebut, aku mempunyai pendapat pribadi atas permasalahan tersebut, dan tentu saja solusinya. menurutku kemacetan yang ada di Jakarta itu disebabkan oleh sesuatu yang bisa kita sebut sebagai pararel effect. efek ini merupakan akibat dari suatu peristiwa yang kelihatannya tak ada hubungannya dengan peristiwa lain, tetapi sebenarnya berhubungan, bisa dibilang seperti paradoks. baiklah kita jabarkan.

  1. setiap tahunnya Jakarta mengalami penambahan jumlah penduduk yang begitu pesat, hal ini tak diimbangi dengan penambahan lapangan kerja, menjadikan lapangan kerja yang ada semakin sedikit.
  2. hal tersebut menyebabkan semakin maraknya tindakan kriminalitas, terutama yang dilakukan di jalan raya, dan tindak kriminal itu biasanya dilakukan di kawasan umum, atau kendaraan umum. dengan demikian kenyamanan seseorang dalam menggunakan kendaraan umum semakin berkurang.
  3. karena kendaraan umum sudah semakin tak nyaman, banyak orang yang beralih ke kendaraan pribadi. ditambah lagi, sekarang fasilitas untuk mendapatkan kendaraan pribadi dalam bentuk kredit semakin mudah , apalagi sepeda motor. tanpa DP saja kita sudah bisa membawa pulang sebuah sepeda motor.
  4. kemudahan memiliki kendaraan diikuti juga dengan kemudahan untuk mendapatkan izin mengendarainya. SIM sekarang dibuat tidak perlu melalui proses yang berliku dan berbelit, tak perlu umur yang cukup, dan yang pasti tak perlu mengerti bagaimana berlalu lintas yang baik. tinggal tembak!. akibatnya, kesadaran berdisiplin dalam lelu lintas semakin berkurang, bahkan bisa dibilang tidak ada.
  5. kendaraan semakin bertambah, tanpa diikuti peningkatan kedisiplinan berkendara dan berlalu lintas, di tambah jumlah jalan yang tetap menjadikan kemacetan yang tak berujung.
dari efek2 tersebut, kita bisa menyelesaikan persoalan dengan merunut penyebab awalnya. ya, penyebab utama adalah adanya ekspansi besar-besaran dari berbagai macam daerah ke ibukota. pemerintah bisa mencegahnya dengan melakukan pembangungan yang merata ke setiap daerah, sehingga mereka tak perlu lagi berlomba-lomba mencari peruntungan di kota. kebijakan yang sudah ada aku kira belum begitu efektif. kita tak akan bisa menanyakan setiap pendatang apa kemampuan adan keterampilan yang di andalkan untuk hidup di jakarta. ada baiknya kalau keterampilan itu dikembangkan di daerahnya masing2.

kemudian peningkatan lapangan kerja harus segera dilakukan. pemerintah harus merubah pola pendidikan kita selama ini yang job oriented menjadi entrepreneur oriented. lapangan kerja sudah sulit dicari. mengapa kita tak membuat lapangan kerja sendiri?

kemudahan perkreditan kendaraan bermotor harus dikaji ulang. jika industri otomotif di dalam negeri mengalami surplus, maka kita bisa meningkatkan kualitasnya dan menjadikannya sebagai komoditi ekspor. negara asia lainnya sudah berhasil, mengapa kita tidak?. kita jangan mau hanya terus menjadi negara konsumen, coba untuk jadi negara produsen. dengan begitu penerimaan negara bukan pajak bisa di dongkrak. APBN pun akan meningkat dan bisa digunakan untuk pembangunan lapangan kerja dan infrastruktur yang lainnya.

ketegasan aparat dalam menertibkan lalu lintas juga harus ditingkatkan. aparat sekarang tak ubahnya bahan olokan anak2 muda. mudah disogok. hanya di jadikan pajangan di jalan raya. kalau aparat tegas, disiplin diharapkan akan meningkat. karena negara kita masih menganut asas disiplin karena terpaksa, mauy diapakan lagi???

jika semua itu bisa dijalankan, kedepannya jakarta bisa menjadi kota yang bebas macet, atau tak usah muluk-muluk, kita dapat mengurangi panjangnya deretan macet di kota ini.
m(u_a)m

2 Response to "macet lagi...macet lagi..."

Priscilla Mulianto mengatakan...

tos lah macet lagi macet lagi, gara-gara komo lewat hehehe....

muam_disini mengatakan...

hehe..masih inget aja sama lagu ituh neng?

Posting Komentar

mohon komentar, kritik, dan sarannya...

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme