Hijaunya Rumput Tetangga ...

gambar diambil disini

Kawan, apakah kau mengetahui atau sekadar pernah mendengar sebuah peribahasa "Rumput tetangga akan selalu terlihat lebih hijau"? Sebuah peribahasa yang menunjukkan betapa tidak puasnya manusia akan apa yang telah dimilikinya. Individu-individu yang akan selalu merasa kekurangan, apalagi jika dibandingkan dengan individu lainnya.

Dalam konteks hubungan sesama manusia, rasa ketidak-puasan selalu tergambar dengan keinginan untuk menjadi yang lain. Berangan-angan betapa nikmatnya jika kita menjadi sesuatu, betapa enaknya jika kita berada dalam posisi tertentu. Namun apakah pernah kita memikirkan setiap pilihan tersebut ada konsekuensi yang harus dijalani?

Yah, konsep pendidikan di negara ini sepertinya belum mengajarkan bagaimana konsekuensi logis atas setiap pilihan yang akan diemban. Sejak kecil doktrinasi sudah dimasukkan dalam rongga-rongga dalam kepala untuk bisa menjadi seseorang. Dongeng-dongen indah yang mengalun mengiringi lahirnya cita-cita. Ya, cita-cita apa saja, jadi presiden, jadi dokter, jadi insinyur, jadi bankir, jadi apa saja. Tapi, apakah kita diajarkan tanggung jawab dari setiap pilihan itu?

Pernahkah terbersit tanggung jawab dari setiap pilihan? Kita berkeinginan untuk menjadi presiden, lalu apakah pernah terpikir betapa rumitnya mengurus sebuah negara dengan ratusan juta kepala yang isi kepalanya berbeda-beda. Kita berangan-angan menjadi dokter, lantas apakah pernah terpikir bahwa nyawa-nyawa sang pasien berada dalam tanggung jawab seorang dokter. Apalagi jika ada pasien yang mengadu karena kasus mal praktek yang telah dilakukan, sengaja ataupun tidak. Kita ingin jadi insinyur, namun pernahkah kita berpikir nyawa orang-orang yang akan menduduki gedung yang kita buat berada di tangan kita. Rangka konstruksi yang sedikit saja meleset dari perhitungan bisa mengakibatkan nyawa-nyawa melayang. Apapun pilihannya, jangan pernah kita lupakan konsekuensi yang akan mengikutinya.

Bagaimana dalam konteks kenegaraan?

Yah, antara negara tetangga kita seakan-akan selalu memandang rumput di negara kita lebih hijau. Apa sebabnya? Berbagai macam budaya peninggalan leluhur kita satu-persatu di klaim oleh negeri tetangga. Mulai dari fashion (batik), alat musik (angklung), tarian (pendet, reog), sampai bahasa pun mereka ingin ikut mengakuinya. Bahkan sampai pulau-pulau terpencil di daerah perbatasan tak luput dari klaim mereka.


beberapa kebudayaan negeri kita yang berusaha diklaim negeri tetangga, sumber disini

Nah, kalau begitu mereka yang memandang rumput kita lebih hijau. Lalu bagaimana dengan negeri kita? Apakah ikut memandang rumput di negeri tetangga lebih hijau?

Dalam Jejak Pendapat Kompas (31/8/09) diperoleh data pada tahun 2007 jumlah "turis" dari negara kita yang berkunjung ke "negeri seberang" mencapai hampir 3 kali lipat dari jumlah turis negeri tersebut yang mengunjungi negeri kita. Apa masalahnya? Apakah rasa cinta tanah air kita masih kurang atau objek wisata di negeri ini sudah banyak yang tak layak dikunjungi. Padahal setahu saya masih banyak objek wisata dalam negeri yang belum terjamah. Atau hanya karena rasa "kebanggaan" bisa berkunjung ke negeri seberang?

Lalu, masalah TKI ilegal seakan tak pernah selesai. Selesai dideportasi, mereka tak segan akan kembali bahkan dalam jumlah yang lebih banyak. Mati 1 tumbuh 1000 mungkin motto yang cocok disandang bagi para pahlawan devisa itu. Siksaan yang bahkan mempertaruhkan nyawa tak bisa mengalahkan keinginan mereka untuk meraup ringgit. Berarti bukankah negeri seberang memiliki rumput (baca: penghasilan) yang lebih hijau daripada negeri kita?

Lagi-lagi yang harus kita sikapi adalah bagaimana kita bisa bersyukur atas apa yang telah dimiliki. Selain itu kita harus paham konsekuensi logis dari apa yang kita miliki, sebuah tanggung jawab yang melekat dari tiap posisi. Setiap orang sudah diberi jatah tanggung jawab yang harus diemban atas posisinya sekarang. Begitu pula dengan negeri ini yang memiliki beraneka ragam budaya, sudah sepatutnya kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga, melestarikannya, dan mencintainya. Introspeksi juga diperlukan agar kita bisa berbenah, mempercantik negeri agar bukan hanya bangsa asing yang bangga dengan negeri kita, tapi kita juga bisa ikut berbangga.

Bangga sebagai Warga Indonesia...
Bangga memiliki beraneka ragam budaya...
Bangga menggunakan Bahasa Indonesia...
Bangga sebagai Indonesia...

30 Response to "Hijaunya Rumput Tetangga ..."

Rigih mengatakan...

sepertinya lebih ke arah gengsi. orang2 kaya kan klo bertindak berbuat kadang ga rasional. tapi entahlan,,

muam_disini mengatakan...

mungkin juga begitu mas rigih, tapi saya juga ndak ngerti,,soalnya gak pernah ngerasain jadi orang kaya, yah gak bisa nebak2 tanpa dasar nih..
hehehe...

Anla mengatakan...

Masih banyak potensi wisata yang perlu digali dan dimunculkan. Indonesia dikaruniai potensi alam yang luar biasa. Tinggal bagaimana kita bisa memaksimalkan potensi itu. . .

Salam kenal ya. . .

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum,
Manusia/bangsa manapun, memang tidak akan pernah merasa puas dan merasa cukup, bila tidak bisa mensyukuri nikmat yang ada. Masalah negara tetangga kita yg sudah kelewat batas itu, mungkin ada baiknya kalau Pemerintah kita mengambil tindakan yang TEGAS,dengan MEMUTUS HUB DIPLOMATIK DGN MEREKA. Karena ini sudah terjadi berulang kali.
(Dewi Yana)

kakve-santi mengatakan...

jangan hanya memutus, tapi kutuklah malaisia..

bangsa kita sedang dizolimi, doa akan mudah terkabul,.,,,

hajar!

alamendah mengatakan...

mungkin kita harus semakin instrospeksi diri

kanglurik mengatakan...

Moral bangsa mereka nggak jauh beda ama penjajah. Mereka katanya tetangga tapi kelakuannya kayak gitu. Sungguh memalukan!!!

muam_disini mengatakan...

>anla: benar mba..tanggung jawab kita untuk bisa menggali potensi itu...

>jalandakwahbersama: yah, kita serahkan saja pada pemerintah mbak, setidaknya kita harus bisa mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepada bangsa ini...

>kakve-santi: tenang dulu mba...benar kata mas alamendah, kita sudah harus melakukan instrospeksi terhadap diri sendiri...sepertinya ada yang salah dengan kita sehingga kita dapat peringatan seperti itu...

>alamendah: sepakat mas, instrospeksi...kita ingat kalo punya budaya saat bangsa lain ingin mengakuinya...

>kanglurik: tenang kang...sabar yo...

Zico Alviandri mengatakan...

Objek wisata yang ada pun kadang gak terurus dengan baik. Sayang banget.

Mo sharing untuk rumput tetangga lebih hijau :D - walau beda konteks - http://andaleh.blogsome.com/2008/08/15/rumput-tetangga-lebih-hijau/

Ersa mengatakan...

iya mar gw juga niatannya tahun depan gw juga mau keliling Indonesia

muamdisini mengatakan...

>zico: wah, makasih sharingnya..menambah wawasan saya tentang hijaunya rumput...
pemikiran yang hebat kawan....

salam kenal...

>ersa: wah,,jadibackpacker nih...

Anonim mengatakan...

Betul sekali. Kadang kita yang punya rumput ndak nyadar akan hijau dan enaknya rumput itu. Dan, tetangga kita yang nggak pede dengan rumputunya dengan seenaknya ngambil rumput kita...

He.he. Salam. Link sudah saya pasang juga.

Kang Sugeng mengatakan...

Ganyang Malingsya. Bisanya ngrecokin aja, gak bisa ya nunjukin keunggulan dirinya sendiri.

Btw, makasi udah mampir.

~noe~ mengatakan...

pertama : perspektif gambar rumput dan awannya sangat indah.
selanjutnya : sudah puyeng juga dengan negeri tetangga itu. bingung juga dengan maksud dan tujuannya. apa emang maksudnya cuma bikin kita puyeng?

Agand mengatakan...

Keren tulisan ini, analoginya saya ga nyangka bakal berakhir pada masalah sengketa malaysia Indoneia. Mantabs! :)

muamdisini mengatakan...

>kolojengking: terima kasih mas atas link-nya...
nikmati saja dulu rumput milik kita yah mas...

>mantancopet: sabar mas...jangan gegabah...
semua ada saatnya...
hehehe...

>noe: mungkin begitu mas noe...mungkin mereka menyadari konfontrasi dengan negara ini secara langsung tidak akan membuahkan hasil...
jadinya mereka berusaha memanas-manasi kita...
kan sejak zaman penjajahan bangsa ini terkenal sebagai bangsa yang mudah diadu domba...

>agand: terima kasih gan...
terima kasih juga atas kunjungannya..

liza mengatakan...

hmm, bingung juga ya.. padahal negara mereka adalah negara yang menjalankan syariat Islam, tapi kok ngga malu mencuri kebudayaan negara kita ya?

muam_disini mengatakan...

>liza: yah..setidaknya kita harus bertindak lebih dewasa dari "mereka"...

Berry Devanda mengatakan...

bangsa ini sering lupa dengan kekayaan yang dimilikiya,,,ketika dijarah oleh orang baru nyadar kalau kita kaya...
salam kenal...

fadhilatul muharram mengatakan...

hmmm.... postingan menarik ttg isu internasional yg tengah terjadi. yaa.. biasalah namanya juga manusia selalu ingin lebih dan iri jika ada orang lain yg melebihinya. :)

btw, mas, aku undang ke http://dhila13.wordpress.com/2009/09/05/sebuah-kelahiran/ dateng yaaa.. :)

wigati mengatakan...

iya...padahal hijau gak selamanya bagus

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum,
Semoga Malaysia tidak mengulanginya lagi, dimasa yg akan datang.

muam_disini mengatakan...

>berry: memang begitu keadaannya, sudah saatnya kita sadar,lalu bangkit..
salam kenal,

>mba dhila: lama tak bersua,,terimakasih undangannya mba..

>wigati: mungkin tiap orang punya perspektif masing2..

>jalandakwahbersama: waalaikumsalam..
semoga saja..

Anonim mengatakan...

waa.. ribet amat ya

alamendah mengatakan...

bloghicking aja.
komennya?. Kan udah kemarin...

ian mengatakan...

yah, namanya juga manusia...

selalu merasa kurang mulu ;)

muam_disini mengatakan...

>AeArc: wah, gak usah dibuat ribet... hehehe
salam kenal

>alamendah: makasih kunjungannya yang kesekian kali...
maap mas belum sempet update posting lagi...sedang dinas...

>ian: itulah manusia...tinggal bagaimana caranya memanajemen kebbutuhan agar vtidak merasa kekurangan, atau setidaknya mensyukuri apa yang ada....
terima kasih..
salam kenal, salam ceria selalu...

Wipy mengatakan...

wah...Muam jadi wise begini yaa...

muam_disini mengatakan...

waduh wisa dalam hal apa mas wipy?...
kalo wise dalam artian bijak..amiin...

terima kasih doanya....

Anonim mengatakan...

Hey org Indo!
kami tidak pernah klaim budaya kalian tau gak?
Budaya Malaysia adalah budaya orang Malaysia..
Budaya orang Malaysia adalah budaya orang bugis, batak, melayu, jawa,etc..
Kami mewarisi budaya kami sendiri..
Emangnya di Indo aja yg ada jawa, bugis, minang,batak ya? Selidik dahulu sebelum ngatain org yah!
Berdoalah kalian semoga org Malaysia dpt bersabar dengan fitnah2 kalian ini!

Posting Komentar

mohon komentar, kritik, dan sarannya...

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme