Mimpi-mimpi yang mati

Dahulu aku pernah mempunyai mimpi. Berwarna hijau meneduhkan mata. Dengan suara tetesan air mengalir tanpa henti menciptakan tetesan mimpi-mimpi kehidupan lainnya. Tiba-tiba suara gemuruh jejak kaki datang terdengar. Deru gergaji mesin memporakporandakan mimpi itu. Desir lantunan kehidupan sayup-sayup berlalu sampai akhirnya menghilang. Air tidak lagi terdengar menetes, namun menderu bagai mesin pelumat massa. Tiba-tiba saja mimpiku terkubur hidup-hidup tanpa bisa melawan dan akhirnya mati menghilang.

Kemudian aku merawat mimpi yang baru, bukan mimpi hijau seperti dahulu. Tapi mimpi itu juga mati muda. Terkurung dalam jeruji besi pengap. Dengan selongsong peluru berkarat bersarang di jantungnya. Terkoyak dengan ribuan hujaman belati. Dan akhirnya hilang tanpa jejak bagai tertelan bumi.

Kemarin aku telah memiliki mimpi lagi. Kali ini ku kira mimpi itu akan hidup lebih lama tak seperti mimpi-mimpi sebelumya. Tapi ternyata di pagi hari kutemukan mimpi itu menggantung di gantungan daging tempat penjagalan hewan yang kosong karena memang tak ada potongan daging yang tergantung. Lehernya tercekik dengan lonjakkan harga dengan tubuh yang mengering seakan tak terjangkau oleh pangan.

Semalam lagi-lagi aku punya mimpi. Mimpi itu mengenakan toga dengan transkrip nilai menunjukkan angka cumlaude terpegang di tangan. Tetapi, lagi-lagi ia juga mati ketika buku-buku terbakar bersamaan dengan seragam yang hanyut. Tempat mimpi itu hidup sebelumnya juga telah roboh, bobrok dimakan usia. Meja-mejanya pun habis termakan rayap yang kelaparan.

Keesokan harinya, aku merasa tak ingin memiliki mimpi. Lebih baik kugugurkan dia selagi masih menjadi janin. Sebelum dia dewasa dan tumbuh menjadi utopia. Lalu kubiarkan ia mati sebelum saatnya…

No Response to "Mimpi-mimpi yang mati"

Posting Komentar

mohon komentar, kritik, dan sarannya...

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme