Di tengah keseragaman band-band yang mengusung aliran pop dan membawakan lagu bertemakan cinta, ternyata masih ada beberapa band yang masih mempertahankan idealisnya. Salah satunya adalah Efek Rumah Kaca, band yang digawangi oleh Cholil (gitar,vokal), Adryan (bas), dan Akbar (drum) berani berbeda dengan mengusung musik beraliran “pop psychedelic”, selain itu mereka juga berbeda dengan band-band indie sekarang dengan membawakan lagu-lagu mereka dengan format bahasa Indonesia.
Musik mereka sebenarnya tak jauh berbeda dengan band lain yang juga membawakan pop psychedelic, yang membuatnya beda adalah mereka berani membawakan lirik-lirik yang mengandung muatan politis, kritik, dan tema lain yang membawa kita ke alam khayal saat mendengarkannya.
Simak lagu “jalang”, diawali dengan backward salah satu bagian lagu itu sendiri kemudian diikuti dengan raungan melodi yang mencekam. Dalam liriknya, kita akan diingatkan dengan kondisi Negara kita yang selalu mengalami konflik akibat keegoisan suatu kelompok tertentu.
“siapa yang berani bernyanyi…
Nanti akan di kebiri…
Siapa yang berani menari…
Nanti
Karena mereka paling suci
Lalu mereka bilang kami jalang
Karena kami beda misi
Lalu mereka bilang kami jalang”
Selanjutnya ada “cinta melulu”, lagu yang isinya mengkritik kondisi permusikan di
“nada-nada yang minor
Lagu perselingkuhan
Atas nama pasar semua begitu klise”
Lagu “jatuh cinta itu biasa saja” adalah lagu cinta versi mereka yang merupakan jawaban dari lagu “cinta melulu”. Lirik yang bercerita tentang jatuh cinta yang tak usah berlebihan.
“kita berdua hanya berpegangan tangan tak perlu berpelukan
Kita berdua hanya saling becerita tak perlu memuji
Ketika rindu menggebu-gebu kita menunggu…
Saat cemburu kian membelenggu cepat berlalu…
Jika jatuh cinta itu buta
Berdua kita akan tersiksa
Saling tersesat di dalam gelap
Kedua mata kita gelap lalu hati kita gelap”
Lagu “di udara” merupakan lagu khusus yang didedikasikan untuk pahlawan perjuangan HAM, Alm. Munir. Di dalamnya menceritakan bagaimana perjuangan aktivis sampai akhirnya harus mengorbankan nyawanya, tetapi semangat mereka tak pernah mati
“aku sering diancam
Juga terror mencekam
Kerap ku di singkirkan
Sampai di mana kapan
Ku bisa dibuat menderita
Ku bisa dibuat tak bernyawa
Di kursi listrikkan ataupun ditikam…
Ku bisa tenggelam di lautan
Aku bisa diracun di udara
Aku bisa terbunuh di trotoar jalan
Tapi aku tak pernah mati, tak akan berhenti…”
“sebelah mata” merupakan pengalaman pribadi salah satu anggota mereka (Adryan) saat harus mengalami kebutaan sebelah. Lagu ini mengajari kita untuk bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini, sebelum semua itu menghilang.
“tapi sebelah mataku yang lain mengajari
Gelap adalah teman setia dari waktu-waktu yang hilang..”
“belanja terus sampai mati” merupakan lagu kritik terhadap kehidupan konsumtif masyarakat saat ini. Dengan lagu ini mereka coba memperingatkan kita akan bahayanya kehidupan konsumtif itu.
“awal dari sebuah kepuasan
Kadang menghadirkan kebanggaan
Raih keangkuhan…
tapi itu hal yang biasa
Juga suatu pembenaran
Atas bujukan setan hasrat yang dijebak zaman
Kita belanja terus sampai mati”
Lagu “bukan lawan jenis” mengingatkan kita dengan maraknya kehidupan cinta sesame jenis pada saat ini. Secara jujur mereka mengungkapkan emosi mereka yang lugas dalam lagu ini.
“aku takut kamu suka pada diriku
Karna memang aku bukan lawan jenismu…”
Simak juga “efek rumah kaca” yang merupakan awal dari nama band mereka. Mengisahkan tantang keadaan bumi saat ini.
“matahari tiada tirai
Bakal bunga tak merekah
Wajah bumi menangis
Seram hitam tak mengerti
Kita akan terbakar…”
Simak juga lagu-lagu mereka yang lain seperti “debu-debu beterbangan”, “desember”, “insomnia”, dan “melankolia”. Mungkin dengan mereka sejenak kita mengungsi dari keseragaman dan kita dibawa untuk merenung tentang makna kehidupan yang kita jalani saat ini.
1 Response to "Efek Rumah Kaca-review"
mau dong...
Posting Komentar
mohon komentar, kritik, dan sarannya...